Konferensi Asia Afrika (KAA), Latar Belakang, Tujuan, isi dan Hasilnya

Post a Comment
Daftar isi [ Tampil ]

Konferensi Asia Afrika (KAA)


Konferensi Asia Afrika (KAA)
merupakan acara internasional pertama yang diadakan di Indonesia setelah 10 tahun Indonesia merdeka. Acara yang diselenggarakan di Bumi Parahyangan, Bandung ini diikuti oleh 29 negara dan dihadiri oleh lebih dari 200 delegasi. Konferensi Asia Afrika berhasil melahirkan trigger perjuangan negara-negara di Asia Afrika yang dilandasi semangat dan komitmen tinggi untuk membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan.

Hasil dari Konferensi Asia Afrika tertuang dalam Dasasila Bandung yang kemudian diadaptasi oleh negara-negara yang baru berkembang sebagai acuan politik luar negerinya. Konferensi ini juga menjadi sebab munculnya Gerakan Non Blok pada tahun 1961.

Latar Belakang Terbentuknya Konferensi Asia Afrika (KAA)

Latar belakang Konferensi Asia Afrika (KAA) berkaitan dengan usainya perang dunia ke II. Berakhirnya perang dunia kedua pada Agustus 1945 tidak lantas membuat hubungan antar negara membaik. Berbagai masalah muncul di berbagai negara. Walaupun ada beberapa negara seperti negara di kawasan Asia Afrika yang mendapat keuntungan dengan berakhirnya Perang Dunia ke II karena akhirnya mereka dapat merdeka. Beberapa negara yang mendapat keuntungan dan mendapat kemerdekaan seperti Indonesia (17 Agustus 1945), Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947) , dan India (15 Agustus 1947).
Tidak semua negara mendapatkan keuntungan setelah perang dunia ke II, bahkan beberapa negara yang sudah merdeka pun harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaannya agar tidak dijajah oleh negara yang dulunya menjajah mereka. Masalah lain muncul seperti adanya politik adu domba antar kelompok dalam negeri yang menambah rumitnya permasalahan negara.
Pada masa berakhirnya Perang Dunia ke II, muncul 2 kelompok besar dengan ideologi yang bertentangan yakni Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Paham yang mereka anut yakni kapitalis (Blok Barat) dan komunis (Uni Soviet). Perbedaan ini membuat adanya perang dingin yang berubah menjadi perang terbuka oleh kedua pemimpin blok.
Konferensi Asia Afrika
KAA via https://kabar24.bisnis.com
Adanya organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diharapkan dapat mendinginkan suasana yang semakin memanas. Namun, pada faktanya PBB belum mampu menangani masalah tersebut. Perang dingin masih terjadi dan berdampak pada negara-negara di Asia Afrika.

Lahirnya Konferensi Asia Afrika

Pelaksanaan KAA diawali dengan ajakan Perdana Menteri Srilanka yakni Sir John Kotelawala untuk mengadakan pertemuan informal di Srilanka yakni konferensi Kolombo. Beberapa perdana menteri yang diundang seperti Ali Sastromidjojo (Indonesia), U Nu (Birma yang sekarang bernama Myanmar), Jawaharlal Nehru (India), dan Mohammed Ali (Pakistan).
Adanya konferensi ini sangat disambut baik apalagi bagi Indonesia karena pertemuan ini adalah cita-cita bersama membangun kerja sama antar negara Asia Afrika untuk melawan penjajah.  Konferensi Kolombo berlangsung di Srilanka pada tanggal 25 April-2 Mei 1954 untuk membicarakan masalah-masalah kepentingan bersama.
Pada konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia yakni Ali Sastromidjojo menyampaikan usul bahwa perlu adanya pertemuan dengan skala yang lebih luas antara negara-negara di Asia Afrika. Usulan ini diterima oleh 4 perwakilan negara lainnya. Sebelumnya perdana menteri Ali Sastromidjojo telah diminta oleh presiden Soekarno untuk menyampaikan gagasan dibentuknya konferensi tingkat Asia dan Afrika.

Persiapan menuju Konferensi Asia Afrika

Indonesia melakukan pendekatan secara diplomatik kepada 18 negara di Asia Afrika untuk mengetahui apakah usulannya tentang adanya konferensi tingkat Asia Afrika disetujui atau tidak. Ternyata ide ini disambut baik oleh negara-negara tersebut dan mereka memilih Indonesia untuk menjadi tuan rumah dalam konferensi tersebut.
Awalnya Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru masih ragu dengan usulan tersebut karena situasi dunia yang sedang memanas saat ini. Namun, pada tanggal 25 September 1954 Perdana Menteri Indonesia melakukan kunjungan ke India dan berhasil meyakinkan Perdana Menteri  India untuk menyadari pentingnya konferensi tersebut. Selanjutnya, Perdana Menteri Indonesia mengundang Perdana Menteri kelima negara yang ikut dalam Konferensi Kolombo untuk membicarakan persiapan Konferensi Asia Afrika.
Pertemuan ini berlangsung pada tanggal 28-29 Desember 1954 dan berlangsung di Bogor. Pertemuan ini sering disebut dengan Konferensi Bogor. Konferensi ini membahas lebih rinci mengenai tujuan Konferensi Asia Afrika dan siapa saja yang akan diundang dalam konferensi tersebut.
Hasil dari konferensi tersebut menyepakati tempat diadakannya Konferensi Asia Afrika yakni di Bandung pada bulan April 1955. Selain itu terbentuk 5 sekretariat perwakilan dari negara pelopor Konferensi Asia Afrika. Indonesia diwakili oleh Roeslan Abdulgani yang sekaligus menjadi ketua sekretariat bersama.
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun ditetapkan menjadi gedung tempat berlangsungnya acara tersebut. Pada tanggal 7 April 1955 pada saat detik-detik Konferensi Asia Afrika, Presiden Soekarno mengganti nama Gedung Dana Pensiun menjadi Gedung Dwiwarna dan Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka. Selain itu, Jalan Raya Timur juga diganti dengan nama Jalan Asia Afrika untuk menyambut Konferensi Asia Afrika. Selanjutnya undangan untuk negara-negara yang diundang dalam Konferensi Asia Afrika dikirim pada tanggal 15 Januari 1955.

Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika

Gedung Merdeka in Bandung during the Asia-Africa Conference in 1955.
Gedung Merdeka Bandung lokasi KAA 1955 via https://id.wikipedia.org
Berdasarkan usul perdana menteri Indonesia Ali Sastromidjojo, dibentuklah konferensi tingkat tinggi yang diadakan oleh negara-negara dari Asia dan Afrika yang disebut dengan Konferensi Asia Afrika (KAA). Pelaksanaan konferensi ini pada tanggal 18-24 April 1955 bertempat di Gedung Merdeka Bandung. Konferensi ini sering disebut juga Konferensi Bandung karena memang diselenggarakan di Bandung.

Tokoh Pencetus Konferensi Asia Afrika

Penyelenggara konferensi Asia Afrika dipelopori oleh Negara Indonesia, India, Myanmar, Pakistan, dan Sri Lanka.

Ada lima tokoh Konferensi Asia Afrika yang mempelopori diadakannya pertemuan ini. Ke lima tokoh ini datang dari perwakilan 5 negara yang mengikuti Konferensi Kolombo yang menyetujui dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika.
  • Ali Sastroamidjojo (Perdana Menteri Indonesia)
  • Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India)
  • Mohammad Ali Bogra (Perdana Menteri Pakistan)
  • Sir John Kotelawala (Perdana Menteri Srilankaj)
  • U Nu (Perdana Menteri Burma)
Konferensi ini terbentuk karena ketidakstabilan dunia yang terjadi usai Perang Dunia ke II. Selain itu, masih banyaknya negara di kawasan Asia dan Afrika yang terjajah. Sebanyak 29 negara hadir dalam konferensi tersebut. Berikut adalah negara-negara yang menghadiri Konferensi Asia Afrika:

Negara Peserta Konferensi Asia Afrika

  1. Afganistan
  2. Arab Saudi
  3. China
  4. Ethiopia
  5. Filipina
  6. Ghana
  7. India
  8. Indonesia
  9. Irak
  10. Iran
  11. Jepang
  12. Kamboja
  13. Laos
  14. Lebanon
  15. Liberia
  16. Libya
  17. Mesir
  18. Myanmar (dahulu bernama Burma)
  19. Nepal
  20. Pakistan
  21. Srilanka (dahulu bernama Ceylon)
  22. Sudan
  23. Suriah
  24. Thailand
  25. Turki
  26. Vietnam
  27. Vietnam Selatan
  28. Yaman
  29. Yordania
Beberapa panitia yang membantu terselenggaranya Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut:
  1. Ali Sastroamijoyo sebagai ketua panitia
  2. Ruslan Abdul Gani selaku sekretaris jenderal
  3. Muh Yamin selaku ketua komite kebudayaan
  4. Prof. Ir. Rooseno selaku ketua komite ekonomi
Sejak pukul 07.00 Jalan Asia Afrika penuh dengan rakyat yang ingin melihat Konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika dimulai dengan dinyanyikannya lagu kebangsaan Indonesia Raya kemudian dilanjutkan dengan pidato Presiden Soekarno yang berjudul “Let a New Asia And a New Africa be Born”. Di dalam pidatonya presiden Soekarno menghimbau agar negara-negara di Asia Afrika dapat bersatu walaupun mempunyai banyak perbedaan seperti warna kulit, budaya, agama, dan lainnya.

Tujuan Diadakannya Konferensi Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika memiliki tujuan diantaranya sebagai berikut:
  1. Mempererat kerjasama di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan antar negara-negara di Asia Afrika
  2. Menghapus kolonialisme dan neokolonialisme.
  3. Menggalakkan gerakan untuk melawan kapitalisme asing.
  4. Mempererat kerukunan antar umat beragama negara-negara Asia Afrika.
  5. Berpartisipasi dengan memberi bantuan atau sumbangan untuk perdamaian dan kerjasama negara.

Hasil Konferensi Asia Afrika

Hasil Konferensi Asia Afrika secara umum adalah poin-poin untuk menciptakan perdamaian dan kerjasama dunia. Poin-poin tersebut dikenal dengan Dasasila Bandung. Berikut adalah 10 poin dalam Dasasila Bandung:
  1. Menghormati hak-hak asasi manusia, tujuan serta prinsip dalam Piagam PBB.
  2. Menghormati segala kedaulatan dan keutuhan wilayah seluruh negara baik itu di Asia-Afrika maupun diluar Asia-Afrika.
  3. Mengakui persamaan derajat semua ras di semua negara, baik negara besar maupun kecil.
  4. Tidak mencampuri urusan internal negara lain.
  5. Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sesuai dengan Piagam PBB.
  6. (a) Tidak mempergunakan segala pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar mana pun.
    (b) Tidak menekan negara lain.
  7. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi dengan menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik negara mana pun.
  8. Memilih cara damai, seperti perundingan, konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum lainnya dalam menyelesaikan semua perselisihan internasional sesuai dengan Piagam PBB.
  9. Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama dengan Negara lain.
  10. Menjunjung tinggi keadilan dan segala kewajiban internasional.

Dampak Konferensi Asia Afrika

Adanya Konferensi Asia Afrika mempengaruhi kehidupan negara-negara di kawasan Asia Afrika. Konferensi tersebut memberikan semangat tersendiri untuk negara-negara yang saat itu sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Isi dari Dasasila Bandung berhasil mempengaruhi bangsa Asia Afrika, bahkan ada beberapa negara di kawasan Asia Afrika merdeka setelah konferensi ini. Banyak negara Asia Afrika yang merdeka kemudian bergabung dengan organisasi internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dampak lain dari konferensi ini adalah munculnya solidaritas antar negara di kawasan Asia Afrika untuk saling membantu dalam berbagai permasalahan internasional maupun regional. Konferensi ini menjadi titik tolak untuk mengakui bahwa pada kenyataannya semua negara harus bisa hidup dengan damai dan berdampingan. Selain itu, munculnya rasa setia kawan dan  kebangsaan antar negara untuk mempererat persatuan.
Dasasila Bandung juga menjadi penengah antara dua blok yakni Blok Barat dan Blok Timur dan berkembang lebih luas dengan lahirnya paham Non Blok. Dengan adanya paham tersebut mampu mengurangi ketegangan akibat perang dingin dan mencegah terjadinya perang terbuka antar kedua blok. Selain itu politik bebas aktif yang dianut Indonesia dan negara lainnya juga diikuti oleh negara lain yang tidak masuk blok barat dan blok timur.
Di sisi lain, Australia dan Amerika Serikat mulai menghapus diskriminasi ras di negaranya. Hal ini membuktikan Konferensi Asia Afrika tidak hanya berdampak terhadap negara-negara di kawasan Asia Afrika, tetapi juga berdampak bagi negara diluar kawasan tersebut.
Demikianlah latar belakang, tujuan, hasil, dan segala hal mengenai Konferensi Asia Afrika. Sejarah Konferensi Asia Afrika mengajarkan kepada generasi saat ini bahwa kerja sama antar negara sangat diperlukan demi tercapainya perdamaian dunia, kesejahteraan, dan kemajuan suatu bangsa.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter