5+ Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia Beserta Letak & Peninggalannya

Post a Comment
Daftar isi [ Tampil ]
Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia - Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam. Letak geografis yang strategis menjadikan Indonesia sebagai pintu perdagangan berbagai negara. Akibatnya, banyak akulturasi budaya luar dengan budaya asli nusantara. Salah satunya adalah kemunculan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di Indonesia.

Berdirinya kerajaan bercorak Hindu tidak terlepas dari bersentuhannya budaya nusantara dengan India sebagai tempat asal agama tersebut. Indonesia sebagai jalur perdagangan antara India dan Cina, menjadikan bangsa ini terpengaruh budaya Hindu dari India.

Berawal dari masuknya agama, kemudian merambah mempengaruhi sistem pemerintahan, seni bangunan, aksara dan seni  sastra, hingga falsafah hidup. Setiap fakta terkait kerajaan-kerajaan Hindu begitu menarik untuk diketahui.

Maka dari itu kali ini akan dibahas daftar kerajaan  Hindu tertua di Indonesia.

Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia

Kerajaan Hindu Tertua di Indonesia
Berikut kerajaan-kerajaan bercorak Hindu dengan sejarah berdiri, masa kejayaan, masa keruntuhan atau kemunduran, dan peninggalannya.

1. Kerajaan Kutai, Kerajaan Bercorak Hindu Tertua di Indonesia


Kerajaan Kutai didirikan oleh Maharaja Kudungga pada abad ke-4 Masehi. Kerajaan bercorak Hindu tertua di nusantara atau kerajaan hindu pertama di indonesia ini terletak di hulu sungai Mahakam, Muara Kaman, Kalimantan Timur. Penyebutan nama kerajaan "Kutai" ditentukan oleh para ahli sejarah dengan mengambil nama tempat ditemukannya prasasti Yupa, yakni daerah Kutai.

Masa Kejayaan Kerajaan Kutai

Berdasarkan catatan sejarah, ada 21 nama raja yang pernah memimpin kerajaan Kutai. Raja paling terkenal adalah Asmawarman dan Mulawarman. Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaan pada masa raja ke-3, yakni Mulawarman.

Menurut prasasti Yupa, pada masa pemerintahan Mulawarman kerajaan ini menguasai hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur dan kehidupan rakyatnya begitu makmur. Sang raja terkenal baik hati dan dermawan. Pada Yupa diceritakan bahwa raja Mulawarman pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.

Masa Keruntuhan Kerajaan Kutai

Keruntuhan kerajaan Kutai terjadi pada masa pemerintahan Raja Dharma Setia yang tewas setelah berperang menghadapi Raja Kutai Kartanegara ke-13, yakni Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.

Beberapa peninggalan kerajaan Kutai, diantaranya:

  • Mahkota raja "Ketopong Sultan" Kutai. Mahkota raja Kutai ini terbuat dari emas dengan berat 1,98 kg. Saat ini disimpan di Museum Nasional (Monas) Jakarta.
  • Kalung Uncal. Kalung ini terbuat dari emas seberat 170 gram dan dihiasi liontin berelief kisah ramayana. Saat ini disimpai di Museum Mulawarman, kota Tenggarong.
  • Pedang Sultan Kutai. Pedang ini terbuat dari emas dengan gagang dihiasi ukiran harimau dan ujung sarung pedang dihiasi ukiran buaya. Saat ini disimpan di Museum Nasional (Monas) Jakarta.
  • 7 Prasasti Yupa. Prasasti ini merupakan tugu batu yang berisi kisah kedermawanan raja Mulawarman. Ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sansekerta.


2. Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Bercorak Hindu Tertua di Jawa


Kerajaan Tarumanagara didirikan oleh seorang pengembara yang berasal dari Dinasti Salankayana di India, yakni  Raja Jaya Singawarman pada abad ke-4 atau tahun 385 Masehi. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia dan tertua pertama di pulau Jawa.

Tarumanegara terletak di wilayah barat pulau Jawa dengan pusat kerajaan ada di daerah Sundapura (sekarang Bekasi). Kata Tarumanagara berasal dari "nagara" yang berarti kerajaan dan "tarum" yang merupakan nama sungai di Jawa Barat, yakni sungai Citarum.

Masa Kejayaan Kerajaan Tarumanegara

Berdasarkan catatan sejarah, ada 12 raja yang pernah memimpin kerajaan Tarumanegara. Puncak masa kejayaan Tarumanegara terjadi pada saat kepemimpinan Raja Purnawarman. Sang raja berhasil melakukan ekspansi atau perluasan wilayah setelah menaklukkan kerajaan Salakanagara.

Berdasarkan sejarah yang ditemukan pada prasasti, Raja Purnawarman pernah memerintahkan rakyatnya untuk membangun terusan Chandrabaga sepanjang 6122 tombak sebagai jalur lalu lintas perdagangan dengan daerah di luar kerajaan Tarumanegara. Akibantnya, ekonomi rakyat Tarumanegara mengalami kemajuan.

Masa Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara

Masa keruntuhan kerajaan Tarumanegara terjadi di bawah kekuasaan Raja Tarusbawa. Penyebabnya adalah serangan dari kerajaan lain, terutama Majapahit. Selain itu, Raja Tarusbawa juga lebih memilih memimpin kerajaan kecilnya di hilir sungai Gomati.

Beberapa peninggalan kerajaan Tarumanegara, diantaranya:

Bukti peninggalan kerajaan Tarumanegara adalah dalam bentuk prasasti, diantaranya:

  • Prasasti Tugu. Prasasti ini berisi sejarah Raja Purnawarman yang pernah memerintahkan rakyatnya untuk menggali sungai Gomati dan membangun Chandrabaga sepanjang 6122 tombak.
  • Prasasti Jambu. Prasasti ini berisi sanjungan dua baris terhadap kebesaran dan keberanian Raja Purnawarman. 
  • Prasasti Kebon Kopi. Pada prasasti ini diukir bekas dua tapak kaki gajah yang diidentikkan dengan gajah tunggangan Dewa Wisnu, yakni gajah Airawata.


3. Kerajaan Pajajaran


Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayahubpati pada tahun 923 Masehi. Pada mulanya kerajaan ditanah Sunda ada dua, yakni  Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kemudian untuk menghentikan pertikaian, maka dua kerajaan di jadikan satu di bawah kepemimpinan Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja. Sehingga resmi terbentuk kerajaan Pajajaran atau lebih dikenal dengan sebutan Pakuan Pajajaran pada tahun 1842.

Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran

Berdasarkan catatan sejarah, ada 5 raja yang pernah memimpin Kerajaan Pajajaran, yakni Sri Baduga Maharaja, Surawisesa, Ratu Dewata, Ratu Sakti, serta  Ratu Nilakendra. Sementara masa kejayaan terjadi pada saat Sri Baduga Maharaja atau dikenal dengan Prabu Siliwangi menduduki singgasana raja. Banyak kemajuan yang dilakukan oleh SribBaduga Maharaja, terutama dalam bidang pembangunan, keamanan wilayah, administrasi pemerintahan, dan keagamaan.

Masa Keruntuhan Kerajaan Pajajaran

 Pada  tahun 1579 Masehi kerajaan Pajajaran mengalami keruntuhan akibat serangan dari Kesultanan Banten, anak kerajaan dari Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Keruntuhan ditandai dengan pemboyongan singgasana raja, yakni Palangka Sriman Sriwacana dari Pakuan Pajajaran ke Keraton Surosowan di Banten oleh Maulana Yusuf.

Beberapa peninggalan kerajaan Pajajaran, diantaranya:

  • Prasasti Cikapundung. Batu prasasti ini berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 55 cm. Pada prasasti ini tertulis unggal jagat jalmah hendap dan terukir gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan 
  • Prasasti Pasir Datar. Belum ada transkrip isi prasasti ini, sehingga belum diketahui apa maksud isinya.
  • Prasasti Huludayeuh. Prasasti berisi 11 baris tulisan beraksara dan berbahasa Sunda Kuno, tetapi  batu yang ditemukan pecah sehingga aksaranya turut hilang.


4. Kerajaan Mataram Kuno (Medang)


Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu didirikan oleh Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada abad ke-8 di Jawa Tengah. Pada tahun 929, Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan ke bagian hilir sungai Brantas, Jawa Timur. Hal ini dikarenakan letak Jawa Timur yang lebih subur, strategis, dan memiliki akses pelayaran sungai menuju laut Jawa.

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno (Medang)

Berdasarkan catatan sejarah, ada 16 raja yang pernah memerintah kerajaan Mataram Kuno. Pucak masa kejayaan terjadi di bawah kekuasaan Raja Balitung. Sang raja berhasil memperluas kekuasaan dengan menaklukkan daerah-daerah di sebelah timur Mataram.

Masa Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno (Medang)

Masa runtuhnya kerajaan Mataram kuno terjadi pada saat Raja Dharmawangsa Teguh  (cicit Mpu Sindok) memimpin. Ketika itu permusuhan antara Mataram Kuno dan Sriwijaya sedang memanas. Pada tahun 1006 (atau 1016) kerajaan Mataram diserang oleh Aji Wurawuri (sekutu kerajaan Sriwijaya). Raja Dharmawangsa kalah dan tewas pada pertempuran tersebut.

Beberapa peninggalan kerajaan Mataram Kuno, diantaranya:

Prasasti Tangeran, Prasasti Lor, Prasasti Bangil, dan Prasasti Kalkuta.Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Sambisari, Candi Kedulan, Candi Morangan, Candi Sari, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan.

5. Kerajaan Kahuripan


Kerajaan Kahuripan didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009, sebagai kelanjutan runtuhnya kerajaan Medang (Mataram Kuno). Pada saat kerajaan Mataram Kuno diserang, Airlangga berhasil meloloskan diri, kemudian bertapa di hutan. Setelah tiga tahun, Airlangga didatangi utusan rakyat yang meminta agar dibangun kembali kerajaan Mataram Kuno.

Akhirnya, Airlangga mendirikan ibukota baru dengan nama Watan Mas di dekat gunung Penanggungan. Namun Watan Mas direbut oleh musuh, sehingga Airlangga mendirikan kembali ibukota di Kahuripan (sekarang Sidoarjo)

Masa Kejayaan Kerajaan Kahuripan

Pada masa pemerintahan Raja Airlangga, ia membangun Sri Wijaya Asrama, bendungan Waringin Sapta untuk mencegah banjir musiman,memperbaiki pelabuhan Hujung Galuh, membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan, dan meresmikan pertapaan Gunung Pucangan.

Pada tahun 1042 Airlangga turun tahta menjadi pendeta. Berdasarkan cerita rakyat, putri mahkota yang bernama Sanggramawijaya Tunggadewi menolak menjadi raja dan memilih menjadi seorang petapa.

Raja Airlangga mengalami kebingungan karena kedua putranya saling memperebutkan tahta. Akhirnya diputuskan untuk membagi kerajaan menjadi dua wilayah, yakni Kerajaan barat bernama Kadiri berpusat Daha dipimpin oleh Sri Samarawijaya dan kerajaan timur bernama Janggala berpusat Kahuripan dipimpin oleh Mapanji Garasakan.

Masa Keruntuhan Kerajaan Kahuripan

Masa akhir pemerintahan Airlangga terjadi setelah pembagian kerajaan. Kemudian Airlangga menjadi seorang pertapa dan meninggal pada tahun 1049.

Beberapa peninggalan kerajaan kahuripan, diantaranya:

Prasasti Sumengka, Prasasati Pucangan, Prasasti Terep, Prasasti Gandhakuti, Prasasti Turun Hyang, Prasasti Cane, dan Prasasti Kamalagyan.

Demikian sejarah mengenai 5 kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia. Melalui sejarah kita belajar banyak hal, salah satunya cara membangun kejayaan sebuah negara. Kita teladani setiap kebaikan yang dilakukan oleh para raja terdahulu dan menghindari hal yang menyebabkan runtuhnya sebuah pemerintahan.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter