Daftar isi [ Tampil ]
Biografi Soekarno – Siapa yang tidak mengenal Ir. Soekarno? Presiden pertama Indonesia yang akrab disapa dengan Bung Karno ini menjadi idola seluruh rakyat Indonesia dari generasi ke generasi. Soekarno merupakan bapak proklamator yang terkenal dengan khas retorika penuh semangat membara. Pidatonya membuat siapapun yang mendengar menjadi tergugah untuk bangkit.
Bersama dengan pahlawan yang lain, Soekarno telah berjuang dengan gigih, penuh ketabahan, dan semangat untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno memberikan jasa besar sejak pra kemerdekaan, era kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan. Maka dari itu, kali ini kita akan mengenal Ir. Soekarno melalui biografi lengkap, serta peran dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Ir. Soekarno terlahir dengan nama Koesno Sosrodiharjo tanggal 6 juni 1901 di kota Surabaya, Jawa Timur. Namun kemudian oleh sang ayah, nama Koesno diganti menjadi Soekarno karena sering mengalami sakit. Nama Soekarno diambil dari seorang panglima perang yang bernama "Karna" dalam kisah Baratha Yudha.
Soekarno merupakan putra dari seorang ayah bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Sang ayah merupakan seorang guru sedangkan ibu adalah keturunan bagsawan Bali.
Masa kecil Soekarno tinggal bersama dengan kakeknya, yakni Raden Hardjomoko di Tulung Agung, Jawa Timur. Kemudian diajak pindah ke Mojokerto bersama orangtuanya karena ayah ditugaskan disana.
Setelah pindah ke Mojokerto, Soekarno mendapatkan pendidikan dengan bersekolah di Eerste Inlandse School, sekolah tempat sang ayah mengajar. Tak sampai tamat, di tahun 1911 Soekarno dipindahkan sekolah ke Europeesche Lagere School (ELS) agar nanti lebih mudah diterima di Hogere Burger School (HBS). Akhirnya, pada tahun 1915 Soekarno lulus dari ELS dan berhasil masuk sekolah di HBS Soerabaja. Selama sekolah di HBS, Soekarno tinggal di pondok kediaman sahabat ayahnya, yakni H.O.S. Tjokroaminoto yang terkenal sebagai pendiri Sarekat Islam.
Di Surabaya, Soekarno mulai mengenal para pemimpin Sarekat Islam, diantaranya Haji Agus Salim, Musso, Darsono, dan Abdul Muis. Dari sini pula Soekarno mulai aktif mengikuti organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang kemudian berubah menjadi Jong Java. Selain itu, beliau juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto.
Pada bulan juli 1921 Soekarno tamat dari HBS dan melanjutkan pendidikan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung-ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil. Soekarno sempat berhenti kuliah kemudian mendaftar lagi pada tahun 1922 dan berhasil lulus pada tahun 1926 dengan gelar Insinyur. Saat itu hanya ada 3 orang dari Jawa yang mendapatkan gelar insinyur, yakni Soekarno, Anwari, dan Soetedjo.
Selama kuliah Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi, seorang anggota Sarekat Islam sekaligus kawan baik H.O.S. Tjokroaminoto. Dari sini Soekarno mengenal Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker.
Ir. Soekarno memiliki 9 orang istri, yakni Siti Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi Soekarno, Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar. Kehidupan cinta sang pahlawan proklamator begitu menarik untuk diketahui. Beberapa diantaranya;
1. Bersama Oetari.
Siti Oetari, putri Sulung dari H.O.S Tjokroaminoto adalah cinta pertama Soekarno. Mereka bertemu saat Soekarno tinggal di kediaman H.O.S. Tjokroaminoto untuk bersekolah di HBS Soerabaja. Berdasarkan buku Istri-Istri Soekarno yang ditulis oleh Reni Nuryanti dkk, keduanya memiliki perasaan yang sama dan hubungan keduanya semakin dekat. Pada tahun 1921 Soekarno dan oetari melangsungkan pernikahan. Ketika itu Soekarno berusia 20 tahun sedangkan Oetari berusia 16 tahun.
Setalah menikah ternyata kehidupan keluarga mereka tidak begitu mesra. Dalam buku otobiografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno mengatakan bahwa Oetari tak pernah disentuh dan tetap dijaga dalam keadaan suci. Kendati demikian Soekarno tetap menyayangi Oetari, beliau khawatir dan merawat Oetari sepenuh hati saat sedang sakit. Hubungan Soekarno dan Oetari akhirnya tak bertahan lama. Mereka memutuskan untuk bercerai secara baik-baik. Selanjutnya Oetari menikah dengan orang lain dan Soekarno semakin sibuk dengan aktivitas politiknya.
2. Bersama Inggit Ganarsih.
Pada tanggal 24 Maret 1923, Soekarno resmi menikahi Inggit. Saat itu ia masih berstatus mahasiswa, sedangkan Inggit merupakan mantan istri Haji Sanusi. Usia Soekarno 13 tahun lebih muda daripada sang istri, namun itu tak menghalangi keduanya untuk saling mencintai. Inggit begitu setia mendampingi sang suami. Ketika Soekarno masuk Penjara Banceuy di Bandung lalu dipindahkan ke Sukamiskin, Inggit tidak pernah lelah memberikan semangat kepada suaminya itu. Ia menjadi perantara suaminya berkomunikasi dengan para pejuang lain dan secara sembunyi-sembunyi memberikan buku untuk suaminya.
Selama hampir 20 tahun Inggit tetap mendampingi Soekarno, bahkan ketika Sukarno menjalani pembuangan ke Ende, Flores, lalu diasingkan lagi ke Bengkulu pada tahun 1938, Inggit selalu setia menyertai. Namun kisah keluarga ini berakhir setelah Soekarno kembali ke Jakarta. Ia meminta izin kepada Inggit untuk menikahi Fatmawati, gadis yang ditemuinya saat berada di pengasingan Bengkulu.
Inggit tidak mau menerima hal itu dan lebih memilih meminta cerai kepada Soekarno. Sebenarnya Soekarno tidak mau menceraikan Inggit, namun dia juga ingin menikahi Fatmawati. Soekarno mengharapkan memiliki keturunan, sedangkan hal itu tidak memungkinkan karena Inggit sudah berusia 53 tahun. Akhirnya, mereka bercerai dan Soekarno menikah dengan Fatmawati.
3. Bersama Fatmawati.
Pada tahun 1983 Soekarno dan Fatmawati bertemu saat Soekarno menjalani pengasingan di Bengkulu. Fatmawati merupakan anak Hasan Din, pemimpin Muhammadiyah Bengkulu. Soekarno jatuh hati terhadap Fatmawati, namun perasaan itu ditekannya karena ia sudah memiliki dan mencintai Inggit. Keinginan memiliki keturunan yang tidak mungkin diwujudkan bersama Inggit membuat Soekarno semakin bingung.
Pada tahun 1939, Soekarno menyatakan perasaannya kepada Fatmawati. Namun Fatmawati dan keluarga menolak karena Soekarno telah memiliki istri. Hubungan mereka menggantung. Akhirnya, pada 1 juni 1943 Soekarno resmi menikahi Fatmawati setelah menceraikan Inggit. Dari pernikahan ini Soekarno memiliki anak bernama Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Selain itu Soekarno juga memiliki anak dari pernikahan dengan istri yang lain, yakni:
4. Bersama Hartini memiliki anak Taufan Soekarno Putra dan Bayu Soekarno Putra
5. Bersama Ratna Sari Dewi memiliki anak Karina Kartika Sari Dewi
6. Bersama Haryati memiliki anak Ayu Gembirowati
7. Bersama Kartini Manoppo memiliki anak Totok Suryawan Soekarno Putra
Sejak bergabung dengan Jong Java Surabaya, Soekarno sudah mulai memperlihatkan pemikiran luar biasa dan keberaniannya melawan Belanda. Dia mencetuskan agar surat kabar Jong Java tidak lagi diterbitkan dalam bahasa Belanda, melainkan bahasa Melayu. Upaya Soekarno agar Indonesia bisa merdeka semakin ditunjukkan dengan berbagai cara, bahkan menuai konsekuensi dirinya harus dijebloskan ke dalam penjara dan diasingkan.
1. Beberapa kali di tangkap Belanda
Terinspirasi dengan Indonesische Studie Club yang didirikan oleh Dr. Soetomo, pada tahun 1926 Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927. Melalui PNI, Soekarno melaksanakan ajaran Marhaenisme dengan cita-cita bangsa Indonesia bisa merdeka dan melawan penjajahan Belanda.
Aktivitas ini membuat Belanda merasa terancam, sehingga Soekarno ditangkap di Yogyakarta pada tanggal 29 Desember 1929. Kemudian keesokan harinya, beliau dimasukkan ke dalam Penjara Banceuy, Bandung.
Selang satu tahun, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Tepat tanggal 18 Desember 1930 di Pengadilan Landrad Bandung, Soekarno membacakan pledoinya yakni, Indonesia Menggugat. Akhirnya, pada tanggal 31 Desember 1930 Soekarno dibebaskan.
Penjara tak membuat semangat Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi surut. Beliau bergabung dengan Partai Indonesia untuk menyuarakan perlawanan kepada penjajah. Pada tahun 1933, Soekarno kembali ditangkap dan diasingkan ke Flores. Hubungan Soekarno menjadi terputus dengan tokoh-tokoh nasional lainnya, namun tekad Soekarno untuk kemerdekaan Indonesia tetap kuat.
Selanjutnya tahun 1938, Soekarno diasingkan ke provinsi Bengkulu. Di sini beliau bertemu dengan Moh. Hatta dan Fatmawati. Pada tahun 1942, Belanda mengalami kekalahan dari serbuan Jepang, sehingga Soekarno bebas dari pengasingan dan kembali ke Jakarta.
2. Tokoh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Setelah lepas dari penjajahan Belanda, Indonesia jatuh dalam kekuasaan Jepang. Pada tahun 1943, kondisi Jepang mulai terdesak oleh sekutu dalam peperangan Pasifik. Jepang mulai berfikir untuk memanfaatkan tokoh pergerakan Indonesia untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia terhadap propaganda Jepang. Salah satu tokoh pergerakan itu adalah Ir. Soekarno.
Pada tahun 1945 Jepang semakin berada diambang kekalahan, kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh Amerika Serikat. Menyadari hal ini, kemudian Jepang mempercepat rencana kemerdekaan bagi Indonesia. Ir. Soekarno bersama Moh. Hatta dan Radjiman Wediodiningrat diundang ke Dalat, Vietnam.
Mereka disambut oleh Marsekal Hisaichi Terauchi yang menyatakan pemerintah Jepang memberi kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu perlu dibentuk panitia yang berfungsi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Panitia ini diberi nama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada tanggal 12 Agustus 1945 Soekarno ditetapkan sebagai ketua PPKI dan Moh. Hatta sebagai wakil ketua oleh pemerintahan Jepang. Selain sebagai ketua PPKI, Soekarno juga terlibat dalam panitia sembilan yang kemudian menghasilkan piagam Jakarta.
3. Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok
Sepulang Ir. Soekarno dari Dalat, Vietnam, golongan muda dari PETA menuntut agar segera diadakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini karena diketahui Jepang telah mengumumkan kalah dari sekutu dan golongan muda menginginkan kemerdekaan lahir dari usaha bangsa sendiri, tidak perlu menunggu pemerintahan Jepang. Berbeda dengan pendapat golongan tua, dimana Soekarno termasuk di dalamnya, masih berniat menunggu keputusan PPKI.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, golongan muda menculik Soekarno dan Moh. Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang. Mereka mendesak agar teks proklamasi segera dibacakan.
Setelah terjadi kesepakatan antara golongan muda yang diwakili oleh Ahmad Soebarjo dan Soekarno sebagai wakil golongan tua, teks proklamasi disepakati akan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Awalnya ada dua tempat yang direncanakan menjadi lokasi pembacaan teks proklamasi, yakni di lapangan IKADA (sekarang Monas) atau kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56, Jakarta.
Sesuai perundingan yang telah disepakati, pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 09.45 WIB di Jl. Pegangsaan Timur No.56, Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia. Dengan ini Indonesia resmi dinyatakan merdeka. Rasa syukur menyelimuti seluruh hati rakyat Indonesia, sorak sorai kebahagiaan atas kemerdekaan yang telah lama diperjuangkan telah tercapai.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI resmi mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden Indonesia dan Moh. Hatta sebagai wakilnya. Pengangkatan ini dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tanggal 29 Agustus 1945. Agenda selanjutnya, sejak 18 sampai 20 Agustus 1945 Ir. Soekarno bersama anggota PPKI melakukan sidang untuk merumuskan pancasila, UUD 1945, dan dasar pemerintahan Indonesia.
Paskah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, rakyat Indonesia tidak begitu saja dengan mudah menikmatinya. Masih banyak sekutu yang secara terang-terangan tidak mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia dan mencoba menjajah kembali.
Menghadapi kenyataan ini, para tokoh bersama semua lapisan masyarakat bertekad melakukan apapun demi mempertahankan kemerdekaan. Termasuk Ir. Soekarno, selaku orang yang ditetapkan sebagai presiden, beliau secara langsung turun menangani serangan-serangan yang terjadi.
1. Menghadapi Serangan Sekutu
Pada tanggal 15 September 1945, tentara sekutu yang diboncengi oleh NICA (Netherland Indies Civil Administration) tiba di Jakarta untuk melakukan perundingan akan dibentuknya sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya adalah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda. Menghadapi hal ini Ir. Soekarno bersama seluruh rakyat Indonesia bertekad untuk melawan sekutu NICA.
Pertempuran melawan sekutu NICA yang menyebabkan berbagai pertempuran di daerah, yakni Pertempuran Bojong Kokosan, Pertempuran Lima Hari di Semarang, Peristiwa 10 November, Pertempuran Medan Area, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, Agresi Militer I, Agresi Militer II, dan Serangan Umum 1 Maret 1949.
2. Menghadapi Percobaan Pembunuhan
Sebagai seorang presiden yang menjadi pemimpin dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno banyak mendapatkan ancaman berupa percobaan pembunuhan, diantaranya: Granat Cikini yang meledak saat penyambutan Soekarno, penembakan di Istana Presiden oleh Daniel Maukar, pencegatan oleh sekelompok anggota DI/TII di jembatan Rajamandala, pelemparan granat oleh Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya di Makassar, penembakan oleh Bachrum saat sholat Idul Adha di Masjid Baiturahim, pelemparan granat oleh lelaki yang tak dikenal identitasnya saat di Cimanggis. Dari semua percobaan pembunuhan ini, Ir. Soekarno berhasil selamat.
3. Menghadapi Pemberontakan G-30S/PKI
Pada tahun 1960 Indonesia mengalami pergolakan politik, yakni terbunuhnya 6 jenderal yang diduga dilakukan oleh PKI. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan pemberontakan G-30 S/PKI.
Akibat peristiwa ini, massa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) melakukan aksi demonstrasi. Mereka menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya menuntut agar PKI dibubarkan.
Namun Presiden Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan pandangan Nasional, Agama dan Komunisme.
Lima bulan berlalu, Ir. Soekarno mengeluarkan surat perintah sebelas maret (SUPERSEMAR) yang isinya perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto agar mengambil tindakan yang diperlukan demi menjaga keamanan pemerintah dan keselamatan pribadi.
Surat perintah tersebut digunakan oleh Soeharto yang saat itu menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
Selanjutnya MPRS mengeluarkan dua ketetapannya, yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No XV/1966 sebagai jaminan kepada Soeharto selaku pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden sebelumnya berhalangan.
Pada hari minggu tanggal 21 Juni 1970, Presiden Soekarno membacakan pidatonya yang berisi pertanggung jawaban atas sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS, sehingga pada 20 Februari 1967 Ir. Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.
Berikut biodata Ir Soekarno selengkapnya meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, tanggal meninggal dan profil Ir Soekarno.
Sejak bulan Agustus 1965 kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk. Beliau mengalami sakit gangguan ginjal. Dokter menyarankan agar ginjal kiri diangkat, namun beliau tidak bersedia dan memilih untuk menjalani pengobatan tradisional.
Ir. Soekarno bertahan selama 5 tahun, hingga akhirnya pada hari Minggu, 21 Juni 1970 presiden Soekarno menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta. Beliau di makamkan di kota Blitar dengan upacara kematian dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean.
Bung karno tak hanya dikenal didalam negri saja, Beliau bahkan sangat terkenal di dunia internasional karena kemampuan diplomasi dan keberanian beliau. Beberapa negara mempunyai cara mereka masing-masing untuk mengenang beliau diantaranya mengabadikan nama beliau sebagai nama jalan dan lain sebagainya.
Berikut lokasi dan negara yang mengabadikan Soekarno di dunia:
Dibalik sosoknya yang tegas dan kharismatik, soekarno juga dikenal dunia sebagai pribadi yang bersahabat. Beliau juga memiliki sahabat karib yang juga pemimpin atau presiden dari negara lain, misalnya Nikita Kruschev pemimpin Uni Soviet serta John F. Kennedy Presiden Amerika Serikat.
Beliau telah mendapatkan banyak sekali penghargaan semasa beliau menjabat sebagai presiden, Bahkan sesudah beliau wafat. Hal ini dapat kita ketahui dari riwayat hidup ir soekarno. Penghargaan tersebut datang dari dalam negeri sebagai pahlawan nasional Indonesia serta dari luar negeri. Berikut diantaranya:
Demikianlah Biografi Ir Soekarno Lengkap, serta peran dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Semoga dapat meningkatkan kecintaan terhadap pahlawan bangsa, sehingga selanjutnya meneladani setiap tindak tanduk baiknya.
Bersama dengan pahlawan yang lain, Soekarno telah berjuang dengan gigih, penuh ketabahan, dan semangat untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno memberikan jasa besar sejak pra kemerdekaan, era kemerdekaan, hingga pasca kemerdekaan. Maka dari itu, kali ini kita akan mengenal Ir. Soekarno melalui biografi lengkap, serta peran dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Biografi Soekarno Lengkap
wikipedia.org |
Ir. Soekarno terlahir dengan nama Koesno Sosrodiharjo tanggal 6 juni 1901 di kota Surabaya, Jawa Timur. Namun kemudian oleh sang ayah, nama Koesno diganti menjadi Soekarno karena sering mengalami sakit. Nama Soekarno diambil dari seorang panglima perang yang bernama "Karna" dalam kisah Baratha Yudha.
Soekarno merupakan putra dari seorang ayah bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Sang ayah merupakan seorang guru sedangkan ibu adalah keturunan bagsawan Bali.
Masa kecil Soekarno tinggal bersama dengan kakeknya, yakni Raden Hardjomoko di Tulung Agung, Jawa Timur. Kemudian diajak pindah ke Mojokerto bersama orangtuanya karena ayah ditugaskan disana.
Riwayat Pendidikan Soekarno
Setelah pindah ke Mojokerto, Soekarno mendapatkan pendidikan dengan bersekolah di Eerste Inlandse School, sekolah tempat sang ayah mengajar. Tak sampai tamat, di tahun 1911 Soekarno dipindahkan sekolah ke Europeesche Lagere School (ELS) agar nanti lebih mudah diterima di Hogere Burger School (HBS). Akhirnya, pada tahun 1915 Soekarno lulus dari ELS dan berhasil masuk sekolah di HBS Soerabaja. Selama sekolah di HBS, Soekarno tinggal di pondok kediaman sahabat ayahnya, yakni H.O.S. Tjokroaminoto yang terkenal sebagai pendiri Sarekat Islam.
Di Surabaya, Soekarno mulai mengenal para pemimpin Sarekat Islam, diantaranya Haji Agus Salim, Musso, Darsono, dan Abdul Muis. Dari sini pula Soekarno mulai aktif mengikuti organisasi pemuda Tri Koro Dharmo yang kemudian berubah menjadi Jong Java. Selain itu, beliau juga aktif menulis di harian "Oetoesan Hindia" yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto.
Pada bulan juli 1921 Soekarno tamat dari HBS dan melanjutkan pendidikan ke Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung-ITB) di Bandung dengan mengambil jurusan teknik sipil. Soekarno sempat berhenti kuliah kemudian mendaftar lagi pada tahun 1922 dan berhasil lulus pada tahun 1926 dengan gelar Insinyur. Saat itu hanya ada 3 orang dari Jawa yang mendapatkan gelar insinyur, yakni Soekarno, Anwari, dan Soetedjo.
Selama kuliah Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi, seorang anggota Sarekat Islam sekaligus kawan baik H.O.S. Tjokroaminoto. Dari sini Soekarno mengenal Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan Dr. Douwes Dekker.
Biografi Soekarno Istri dan Anak
wikipedia.org |
Ir. Soekarno memiliki 9 orang istri, yakni Siti Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manoppo, Ratna Sari Dewi Soekarno, Haryati, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar. Kehidupan cinta sang pahlawan proklamator begitu menarik untuk diketahui. Beberapa diantaranya;
1. Bersama Oetari.
Siti Oetari, putri Sulung dari H.O.S Tjokroaminoto adalah cinta pertama Soekarno. Mereka bertemu saat Soekarno tinggal di kediaman H.O.S. Tjokroaminoto untuk bersekolah di HBS Soerabaja. Berdasarkan buku Istri-Istri Soekarno yang ditulis oleh Reni Nuryanti dkk, keduanya memiliki perasaan yang sama dan hubungan keduanya semakin dekat. Pada tahun 1921 Soekarno dan oetari melangsungkan pernikahan. Ketika itu Soekarno berusia 20 tahun sedangkan Oetari berusia 16 tahun.
Setalah menikah ternyata kehidupan keluarga mereka tidak begitu mesra. Dalam buku otobiografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno mengatakan bahwa Oetari tak pernah disentuh dan tetap dijaga dalam keadaan suci. Kendati demikian Soekarno tetap menyayangi Oetari, beliau khawatir dan merawat Oetari sepenuh hati saat sedang sakit. Hubungan Soekarno dan Oetari akhirnya tak bertahan lama. Mereka memutuskan untuk bercerai secara baik-baik. Selanjutnya Oetari menikah dengan orang lain dan Soekarno semakin sibuk dengan aktivitas politiknya.
2. Bersama Inggit Ganarsih.
Pada tanggal 24 Maret 1923, Soekarno resmi menikahi Inggit. Saat itu ia masih berstatus mahasiswa, sedangkan Inggit merupakan mantan istri Haji Sanusi. Usia Soekarno 13 tahun lebih muda daripada sang istri, namun itu tak menghalangi keduanya untuk saling mencintai. Inggit begitu setia mendampingi sang suami. Ketika Soekarno masuk Penjara Banceuy di Bandung lalu dipindahkan ke Sukamiskin, Inggit tidak pernah lelah memberikan semangat kepada suaminya itu. Ia menjadi perantara suaminya berkomunikasi dengan para pejuang lain dan secara sembunyi-sembunyi memberikan buku untuk suaminya.
Selama hampir 20 tahun Inggit tetap mendampingi Soekarno, bahkan ketika Sukarno menjalani pembuangan ke Ende, Flores, lalu diasingkan lagi ke Bengkulu pada tahun 1938, Inggit selalu setia menyertai. Namun kisah keluarga ini berakhir setelah Soekarno kembali ke Jakarta. Ia meminta izin kepada Inggit untuk menikahi Fatmawati, gadis yang ditemuinya saat berada di pengasingan Bengkulu.
Inggit tidak mau menerima hal itu dan lebih memilih meminta cerai kepada Soekarno. Sebenarnya Soekarno tidak mau menceraikan Inggit, namun dia juga ingin menikahi Fatmawati. Soekarno mengharapkan memiliki keturunan, sedangkan hal itu tidak memungkinkan karena Inggit sudah berusia 53 tahun. Akhirnya, mereka bercerai dan Soekarno menikah dengan Fatmawati.
3. Bersama Fatmawati.
Pada tahun 1983 Soekarno dan Fatmawati bertemu saat Soekarno menjalani pengasingan di Bengkulu. Fatmawati merupakan anak Hasan Din, pemimpin Muhammadiyah Bengkulu. Soekarno jatuh hati terhadap Fatmawati, namun perasaan itu ditekannya karena ia sudah memiliki dan mencintai Inggit. Keinginan memiliki keturunan yang tidak mungkin diwujudkan bersama Inggit membuat Soekarno semakin bingung.
Pada tahun 1939, Soekarno menyatakan perasaannya kepada Fatmawati. Namun Fatmawati dan keluarga menolak karena Soekarno telah memiliki istri. Hubungan mereka menggantung. Akhirnya, pada 1 juni 1943 Soekarno resmi menikahi Fatmawati setelah menceraikan Inggit. Dari pernikahan ini Soekarno memiliki anak bernama Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra.
Selain itu Soekarno juga memiliki anak dari pernikahan dengan istri yang lain, yakni:
4. Bersama Hartini memiliki anak Taufan Soekarno Putra dan Bayu Soekarno Putra
5. Bersama Ratna Sari Dewi memiliki anak Karina Kartika Sari Dewi
6. Bersama Haryati memiliki anak Ayu Gembirowati
7. Bersama Kartini Manoppo memiliki anak Totok Suryawan Soekarno Putra
Biografi Soekarno Melawan Penjajahan (Pra Kemerdekaan Indonesia)
wikipedia.org |
Sejak bergabung dengan Jong Java Surabaya, Soekarno sudah mulai memperlihatkan pemikiran luar biasa dan keberaniannya melawan Belanda. Dia mencetuskan agar surat kabar Jong Java tidak lagi diterbitkan dalam bahasa Belanda, melainkan bahasa Melayu. Upaya Soekarno agar Indonesia bisa merdeka semakin ditunjukkan dengan berbagai cara, bahkan menuai konsekuensi dirinya harus dijebloskan ke dalam penjara dan diasingkan.
1. Beberapa kali di tangkap Belanda
Terinspirasi dengan Indonesische Studie Club yang didirikan oleh Dr. Soetomo, pada tahun 1926 Soekarno mendirikan Algemeene Studie Club (ASC) yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927. Melalui PNI, Soekarno melaksanakan ajaran Marhaenisme dengan cita-cita bangsa Indonesia bisa merdeka dan melawan penjajahan Belanda.
Aktivitas ini membuat Belanda merasa terancam, sehingga Soekarno ditangkap di Yogyakarta pada tanggal 29 Desember 1929. Kemudian keesokan harinya, beliau dimasukkan ke dalam Penjara Banceuy, Bandung.
Selang satu tahun, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Tepat tanggal 18 Desember 1930 di Pengadilan Landrad Bandung, Soekarno membacakan pledoinya yakni, Indonesia Menggugat. Akhirnya, pada tanggal 31 Desember 1930 Soekarno dibebaskan.
Penjara tak membuat semangat Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadi surut. Beliau bergabung dengan Partai Indonesia untuk menyuarakan perlawanan kepada penjajah. Pada tahun 1933, Soekarno kembali ditangkap dan diasingkan ke Flores. Hubungan Soekarno menjadi terputus dengan tokoh-tokoh nasional lainnya, namun tekad Soekarno untuk kemerdekaan Indonesia tetap kuat.
Selanjutnya tahun 1938, Soekarno diasingkan ke provinsi Bengkulu. Di sini beliau bertemu dengan Moh. Hatta dan Fatmawati. Pada tahun 1942, Belanda mengalami kekalahan dari serbuan Jepang, sehingga Soekarno bebas dari pengasingan dan kembali ke Jakarta.
2. Tokoh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Setelah lepas dari penjajahan Belanda, Indonesia jatuh dalam kekuasaan Jepang. Pada tahun 1943, kondisi Jepang mulai terdesak oleh sekutu dalam peperangan Pasifik. Jepang mulai berfikir untuk memanfaatkan tokoh pergerakan Indonesia untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia terhadap propaganda Jepang. Salah satu tokoh pergerakan itu adalah Ir. Soekarno.
Pada tahun 1945 Jepang semakin berada diambang kekalahan, kota Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh Amerika Serikat. Menyadari hal ini, kemudian Jepang mempercepat rencana kemerdekaan bagi Indonesia. Ir. Soekarno bersama Moh. Hatta dan Radjiman Wediodiningrat diundang ke Dalat, Vietnam.
Mereka disambut oleh Marsekal Hisaichi Terauchi yang menyatakan pemerintah Jepang memberi kemerdekaan Indonesia. Maka dari itu perlu dibentuk panitia yang berfungsi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Panitia ini diberi nama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Pada tanggal 12 Agustus 1945 Soekarno ditetapkan sebagai ketua PPKI dan Moh. Hatta sebagai wakil ketua oleh pemerintahan Jepang. Selain sebagai ketua PPKI, Soekarno juga terlibat dalam panitia sembilan yang kemudian menghasilkan piagam Jakarta.
3. Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok
Sepulang Ir. Soekarno dari Dalat, Vietnam, golongan muda dari PETA menuntut agar segera diadakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hal ini karena diketahui Jepang telah mengumumkan kalah dari sekutu dan golongan muda menginginkan kemerdekaan lahir dari usaha bangsa sendiri, tidak perlu menunggu pemerintahan Jepang. Berbeda dengan pendapat golongan tua, dimana Soekarno termasuk di dalamnya, masih berniat menunggu keputusan PPKI.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, golongan muda menculik Soekarno dan Moh. Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang. Mereka mendesak agar teks proklamasi segera dibacakan.
Setelah terjadi kesepakatan antara golongan muda yang diwakili oleh Ahmad Soebarjo dan Soekarno sebagai wakil golongan tua, teks proklamasi disepakati akan dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Awalnya ada dua tempat yang direncanakan menjadi lokasi pembacaan teks proklamasi, yakni di lapangan IKADA (sekarang Monas) atau kediaman Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.56, Jakarta.
Biografi Soekarno sebagai Pahlawan Proklamator
wikipedia.org |
Sesuai perundingan yang telah disepakati, pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 pukul 09.45 WIB di Jl. Pegangsaan Timur No.56, Ir. Soekarno membacakan teks proklamasi kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia. Dengan ini Indonesia resmi dinyatakan merdeka. Rasa syukur menyelimuti seluruh hati rakyat Indonesia, sorak sorai kebahagiaan atas kemerdekaan yang telah lama diperjuangkan telah tercapai.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI resmi mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden Indonesia dan Moh. Hatta sebagai wakilnya. Pengangkatan ini dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tanggal 29 Agustus 1945. Agenda selanjutnya, sejak 18 sampai 20 Agustus 1945 Ir. Soekarno bersama anggota PPKI melakukan sidang untuk merumuskan pancasila, UUD 1945, dan dasar pemerintahan Indonesia.
Biografi Soekarno Masa Perjuangan Paska Kemerdekaan sebagai Presiden Indonesia
Paskah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, rakyat Indonesia tidak begitu saja dengan mudah menikmatinya. Masih banyak sekutu yang secara terang-terangan tidak mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia dan mencoba menjajah kembali.
Menghadapi kenyataan ini, para tokoh bersama semua lapisan masyarakat bertekad melakukan apapun demi mempertahankan kemerdekaan. Termasuk Ir. Soekarno, selaku orang yang ditetapkan sebagai presiden, beliau secara langsung turun menangani serangan-serangan yang terjadi.
1. Menghadapi Serangan Sekutu
Pada tanggal 15 September 1945, tentara sekutu yang diboncengi oleh NICA (Netherland Indies Civil Administration) tiba di Jakarta untuk melakukan perundingan akan dibentuknya sebuah persemakmuran yang di antara anggotanya adalah Kerajaan Belanda dan Hindia Belanda, di bawah pimpinan Ratu Belanda. Menghadapi hal ini Ir. Soekarno bersama seluruh rakyat Indonesia bertekad untuk melawan sekutu NICA.
Pertempuran melawan sekutu NICA yang menyebabkan berbagai pertempuran di daerah, yakni Pertempuran Bojong Kokosan, Pertempuran Lima Hari di Semarang, Peristiwa 10 November, Pertempuran Medan Area, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, Agresi Militer I, Agresi Militer II, dan Serangan Umum 1 Maret 1949.
2. Menghadapi Percobaan Pembunuhan
Sebagai seorang presiden yang menjadi pemimpin dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno banyak mendapatkan ancaman berupa percobaan pembunuhan, diantaranya: Granat Cikini yang meledak saat penyambutan Soekarno, penembakan di Istana Presiden oleh Daniel Maukar, pencegatan oleh sekelompok anggota DI/TII di jembatan Rajamandala, pelemparan granat oleh Serma Marcus Latuperissa dan Ida Bagus Surya Tenaya di Makassar, penembakan oleh Bachrum saat sholat Idul Adha di Masjid Baiturahim, pelemparan granat oleh lelaki yang tak dikenal identitasnya saat di Cimanggis. Dari semua percobaan pembunuhan ini, Ir. Soekarno berhasil selamat.
3. Menghadapi Pemberontakan G-30S/PKI
Pada tahun 1960 Indonesia mengalami pergolakan politik, yakni terbunuhnya 6 jenderal yang diduga dilakukan oleh PKI. Peristiwa ini terkenal dengan sebutan pemberontakan G-30 S/PKI.
Akibat peristiwa ini, massa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI) melakukan aksi demonstrasi. Mereka menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya menuntut agar PKI dibubarkan.
Namun Presiden Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan pandangan Nasional, Agama dan Komunisme.
Lima bulan berlalu, Ir. Soekarno mengeluarkan surat perintah sebelas maret (SUPERSEMAR) yang isinya perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto agar mengambil tindakan yang diperlukan demi menjaga keamanan pemerintah dan keselamatan pribadi.
Surat perintah tersebut digunakan oleh Soeharto yang saat itu menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang.
Selanjutnya MPRS mengeluarkan dua ketetapannya, yaitu TAP No IX/1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No XV/1966 sebagai jaminan kepada Soeharto selaku pemegang Supersemar untuk setiap saat menjadi presiden apabila presiden sebelumnya berhalangan.
Pada hari minggu tanggal 21 Juni 1970, Presiden Soekarno membacakan pidatonya yang berisi pertanggung jawaban atas sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS, sehingga pada 20 Februari 1967 Ir. Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.
Biodata Soekarno
wikipedia.org |
Berikut biodata Ir Soekarno selengkapnya meliputi nama lengkap, tempat tanggal lahir, tanggal meninggal dan profil Ir Soekarno.
- Nama Lengkap : Dr. Ir. H. Soekarno
- Nama Kecil : Koesno Sosrodihardjo
- Nama Panggilan : Bung Karno, Soekarno, Pak Karno
- Lahir : Surabaya, 6 Juni 1901
- Wafat : Jakarta, 21 Juni 1970
- Orang Tua : Soekemi Sosrodihardjo (Ayah), Ida Ayu Nyoman Rai (Ibu),
- Pendidikan Sekolah Dasar EIS (Eerste Inlande School) di Mojokerto
- Pendidikan Sekolah Dasar ELS (Europeesche Lagere School), Mojokerto (1911)
- Hoogere Burger School (HBS), Surabaya (1911-1915)
- Technische Hoge School, Bandung (1920)
- Istri : Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Kartini Manopo, Ratna Sari Dewi, Haryati, Yurike Sanger, Heldy Djafar
- Anak : Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Taufan Soekarnoputra, Bayu Soekarnoputra, Totok Suryawan Soekarnoputra, Karina Kartika Sari Dewi Soekarno, Ayu Gembirowati
Akhir Kehidupan Ir. Soekarno
Sejak bulan Agustus 1965 kesehatan Ir. Soekarno semakin memburuk. Beliau mengalami sakit gangguan ginjal. Dokter menyarankan agar ginjal kiri diangkat, namun beliau tidak bersedia dan memilih untuk menjalani pengobatan tradisional.
Ir. Soekarno bertahan selama 5 tahun, hingga akhirnya pada hari Minggu, 21 Juni 1970 presiden Soekarno menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), Jakarta. Beliau di makamkan di kota Blitar dengan upacara kematian dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal M. Panggabean.
Soekarno Di Mata Dunia Internasional
Bung karno tak hanya dikenal didalam negri saja, Beliau bahkan sangat terkenal di dunia internasional karena kemampuan diplomasi dan keberanian beliau. Beberapa negara mempunyai cara mereka masing-masing untuk mengenang beliau diantaranya mengabadikan nama beliau sebagai nama jalan dan lain sebagainya.
Berikut lokasi dan negara yang mengabadikan Soekarno di dunia:
- Jalan Ahmed Soekarno di Negara Mesir
- Jalan Rue Soukarno di kota Rabat Negara Maroko
- Soekarno Squere di Peshwar, dan Soekarno Bazar di Lahore Keduanya terletak di Negara Pakistan
- Masjid Soekarno di Kota St. Petersburg, Negara Rusia
- Pohon Soekarno di Negara Arab Saudi
- Perangko Bergambar Soekarno di Filipina dan Kuba
- Patung lilin Soekarno di Negara Thailand
Dibalik sosoknya yang tegas dan kharismatik, soekarno juga dikenal dunia sebagai pribadi yang bersahabat. Beliau juga memiliki sahabat karib yang juga pemimpin atau presiden dari negara lain, misalnya Nikita Kruschev pemimpin Uni Soviet serta John F. Kennedy Presiden Amerika Serikat.
Penghargaan Yang Diraih Soekarno
Beliau telah mendapatkan banyak sekali penghargaan semasa beliau menjabat sebagai presiden, Bahkan sesudah beliau wafat. Hal ini dapat kita ketahui dari riwayat hidup ir soekarno. Penghargaan tersebut datang dari dalam negeri sebagai pahlawan nasional Indonesia serta dari luar negeri. Berikut diantaranya:
- Gelar Doktor Honoris Causa yang diberikan oleh 26 universitas dari dalam dan luar negeri, seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Colombia University (Amerika Serikat), Far Eastern University (Filipina), Al- Azhar University (Mesir), dan lain-lain.
- Penghargaan bintang kelas satu dari The Order of Supreme Companions of OR, Tambi, Afrika Selatan tahun 2005
- Bintang Mahaputera Adipurna di tahun 1959
- Lenin Peace Price pada tahun 1960
- Philippine Legion of Honor di tahun 1951
Demikianlah Biografi Ir Soekarno Lengkap, serta peran dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Semoga dapat meningkatkan kecintaan terhadap pahlawan bangsa, sehingga selanjutnya meneladani setiap tindak tanduk baiknya.
Post a Comment
Post a Comment