Ad Unit (Iklan) BIG

Siklus Batuan : Beku, Sedimen, Metamorf, Litosfer dan Penjelasannya

Post a Comment
Daftar isi [ Tampil ]
Siklus Batuan - Batu-batuan adalah jenis benda padat yang terbentuk secara alami dari mineral bumi. Ada banyak jenis batuan yang ada di mana dapat dibedakan melalui ciri-ciri dan proses pembentukannya.

Selain terbuat secara alami oleh mineral bumi, batuan juga memiliki daur hidup yang sering dikenal dengan siklus batuan. Artikel ini secara lebih mendalam akan membahas siklus batuan dengan beberapa proses yang berbeda. Yuk simak penjelasan lengkapnya!
Siklus Batuan
Pola Siklus Batuan


Pengertian Siklus Batuan


Siklus batuan atau Rock Cycle membutuhkan satu bahan pokok di mana berasal dari satu elemen bumi, yaitu magma. Perlu Anda ketahui, bahwa magma adalah gabungan dari batuan cair dan semi cair yang terletak di permukaan bumi. Magma sendiri memiliki empat bagian, yaitu: Pertama, bagian lelehan di mana terletak di bagian paling dasar di mana memiliki suhu yang sangat panas.

Kedua, pada bagian atasnya ada bagian kristalisasi dari lelehan.Ketiga, pada bagian ini permukaan magma berbentuk batuan padat. Keempat, sedangkan di bagian paling atas adalah gas yang sudah larut.

Siklus batuan secara umum berawal dari magma yang mengkristal dan menjadi batuan beku. Kemudian, batuan beku tersebut mengalami erosi dan pelapukan sehingga menjadi sedimen yang terus mengendap dan menjadi batuan sedimen. Setelah menjadi batuan sedimen, batu-batuan tersebut kemudian terkena tekanan dan panas bumi yang menjadi batuan metamorf di mana akan kembali meleleh dan kembali berubah menjadi magma.

Jika disimpulkan, maka pengertian siklus batuan adalah suatu proses perubahan magma yang membeku karena suhu dan menjadi batuan lain, seperti batuan beku, sedimen, dan metamorf. Kemudian batuan-batuan tersebut kembali menjadi magma karena suhu panas. Proses perubahan magma itulah yang disebut sebuah siklus karena terjadi berulang-ulang dengan tahapan yang sama.

Proses Siklus Batuan

Proses Siklus Batuan

Deskripsi Gambar:
  1. magma
  2. kristalisasi (pembekuan batu)
  3. batu magma dingin
  4. erosi
  5. pengendapan
  6. sedimen dan batuan sedimen
  7. penguburan tektonik dan metamorfisme
  8. batuan metamorf
  9. pencairan

Seperti layaknya siklus terjadinya hujan, maka batuan pun juga mengalami hal yang demikian. Ada beberapa proses siklus batuan yang ada di mana melibatkan tiga pokok jenis batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut muncul dalam satu siklus batuan yang sama di mana terbentuk bergantian satu demi satu menciptakan sebuah pola siklus batuan. Berikut adalah penjelasan proses siklus batuan yang bisa Anda pelajari:

1. Magma mengalami kristalisasi


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terjadinya siklus batuan pertama kali berasal dari adanya magma di mana menjadi elemen utama pembentukan batuan itu sendiri. Magma terletak di seluruh area bumi, namun sebagian besar terbentuk di sepanjang batas lempeng bumi. Pembentukan batuan sendiri pertama kali diawali oleh adanya magma yang telah mengalami proses kristalisasi.

Proses kristalisasi terbentuk dari magma yang membeku yang disebabkan karena suhu dingin, prosesnya sama seperti air yang didinginkan menjadi es. Contoh magma yang mengkristal bisa Anda temui di gunung berapi aktif yang sedang mengalami erupsi. Magma yang keluar dari dalam gunung berapi biasanya akan mengalami pembekuan setelah sampai ke permukaan bumi.

Magma yang membeku kemudian membentuk sebuah jenis batuan, yaitu batuan beku yang jenisnya ekstrusif. Sedangkan magma yang membeku, namun tidak sampai pada permukaan bumi akan membentuk batuan beku jenis instrusif.

2. Proses pengangkatan dan pelapukan


Batuan-batuan beku yang telah terbentuk pada proses sebelumnya kemudian lama-kelamaan mengalami proses pelapukan di mana batuan yang paling cepat lapuk adalah yang membeku di permukaan bumi (ekstrusif). Batuan ini lebih cepat mengalami pelapukan karena secara langsung terpapar oleh atmosfer dan cuaca bumi. Hal tersebut yang membuat proses pelapukannya terjadi lebih cepat daripada batuan yang berada di bawah permukaan bumi.

Tak hanya batuan yang berada di permukaan, batuan beku yang berada di bawah permukaan (instrusif) juga mengalami proses pelapukan, meskipun harus mengalami proses pengangkatan ke permukaan tanah terlebih dahulu. Batuan beku yang berada di bawah permukaan bumi mengalami pengangkatan melalui proses tektonik dan lapisan yang berada di atasnya harus hilang terlebih dahulu melalui proses erosi. Setelah batuan beku jenis instrusif sampai ke permukaan bumi, maka proses pelapukan batuan baru bisa dimulai.

Pelapukan pada batuan sendiri bisa terjadi karena adanya beberapa reaksi kimia dan fisika. Reaksi-reaksi tersebut disebabkan oleh interaksi antara udara, air, dan organisme-organisme lain. Kemudian, setelah batuan telah lapuk karena angin, es, air, gletser, dan lainnya, maka batuan tersebut akan menjadi material sedimen yang terbentuk karena proses erosi.

3. Proses erosi


Proses ketiga adalah proses erosi di mana terjadi setelah pengangkatan dan pelapukan. Pada proses ini, elemen yang paling banyak berperan adalah elemen air di mana akan mengangkut material-material pelapukan batuan ke tempat lain. Pengangkutan ini biasanya akan terjadi pada daerah di mana terdapat arus air yang mengalir. Meski air menjadi peran utama, namun proses erosi juga bisa terjadi karena angin maupun gletser.

4. Proses Pengendapan dan terbentuknya batuan sedimen


Material yang berasal dari proses pelapukan batuan beku di mana telah mengalami proses erosi yang terangkut air, angin, atau gletser ini kemudian mengendap di suatu tempat dan berjumlah semakin banyak. Semakin lama material batuan yang mengendap ini akan mengeras dan membentuk batuan lain, yaitu batuan sedimen.

5. Proses perubahan batuan sedimen menjadi batuan metamorf


Batuan sedimen sendiri kebanyakan terdapat di bawah permukaan bumi. Batuan yang terdapat di dalam permukaan di mana saat batuan tersebut tidak tersingkap ke atas saat proses pengangkatan, maka batuan tersebut akan terkubur lebih dalam lagi. Semakin dalam batuan tersebut terkubur, maka akan semakin memungkinkan untuk terpapar suhu dan tekanan tinggi di mana dihasilkan oleh energi panas dan kompresi tektonik yang berasal dari dalam bumi. Paparan panas tersebut pada akhirnya bisa mengubah batuan tersebut menjadi batuan metamorf atau yang sering kali disebut dengan batuan malihan.

6. Proses kembalinya batuan metamorf atau malihan menjadi magma


Setelah batuan yang terkubur dalam berubah menjadi batuan metamorf atau batuan malihan, maka lama kelamaan batuan tersebut akan kembali menjadi magma karena tekanan suhu dalam bumi. Seperti halnya siklus, magma kemudian akan berubah mengalami proses kristalisasi dan proses-proses berikutnya.

Itulah enam proses siklus batuan yang bisa Anda pelajari dengan mudah. Dalam proses siklus, fase-fase terjadi secara berurutan dan tidak bisa loncat dari satu fase ke fase lain. Selain itu, setelah fase terakhir selesai, maka proses berikutnya adalah kembali ke fase pertama. Setelah memelajari tentang proses siklus batuan, maka hal lain soal batuan yang perlu diketahui adalah siklus batuan-batuan tertentu secara detail yang akan dijelaskan berikut ini.

Siklus Batuan Beku


Batuan beku berasal dari cairan magma di mana mengalami proses pembekuan dan kristalisasi karena suhu yang ada. Saat siklus berlangsung, setidaknya ada tiga macam batuan beku berdasarkan tempat pembekuannya, antara lain:

  1. Batuan beku dalam (instrusif atau platonik), batuan beku jenis ini merupakan batuan beku yang siklus pembekuannya berlangsung di dalam permukaan bumi. Proses siklus pembekuan pada batuan jenis ini biasanya terjadi sangat lambat.
  2. Batuan beku korok, merupakan jenis batuan di mana proses pembekuannya terjadi pada bagian dekat lapisan kerak bumi.
  3. Batuan beku luar (ekstrusif atau vulkanik), yaitu jenis batuan beku yang dihasilkan melalui siklus pembekuan yang berada di permukaan bumi. Proses siklus batuan ini terjadi sangat cepat karena terpapar langsung udara dan atmosfer permukaan bumi, sehingga dalam proses ini bisa terbentuk kristal.

Siklus Batuan Sedimen (Endapan)


Batuan sedimen merupakan hasil endapan dari pelapukan dan pengikisan batuan beku. Lebih jelas lagi batuan sedimen ini juga terbentuk saat batuan beku tengah mengalami pengikisan, pelapukan, pengendapan karena pengaruh cuaca.

Kemudian hasil dari proses tersebut diangkut oleh tenaga alam, seperti air, gletser, hingga angin di mana mengendapkannya ke tempat yang lebih rendah. Jika dilihat dari prosesnya, batuan sedimen terbagi menjadi tiga, yaitu:

  • Batuan Sedimen Klastik, batuan ini hanya mengalami siklus mekanik karena tempat pengendapannya yang masih berada sama pada susunan kimiawinya, sehingga tidak perlu mengalami siklus kimiawi.
  • Batuan Sedimen Kimiawi, yaitu batuan yang secara alami terbentuk dengan proses siklus kimiawi tanpa siklus mekanik. Hal ini terjadi karena batuannya hanya mengalami perubahan pada susunan kimiawinya saja. Proses pada siklus kimiawi, yaitu: CaCO3+H2O+CO2 Ca (HCO3)2


Jenis Batuan Sedimen Berdasarkan tempat endapannya, yaitu:

  • Batuan Sedimen Marine (laut) yaitu, batu yang proses endapannya berlangsung di laut
  • Batuan Sedimen Fluvial (sungai) merupakan, batu yang proses endapannya berlangsung di sungai
  • Batuan Sedimen Teistrik (darat) adalah, batu yang proses endapannya berlangsung di darat
  • Batuan Sedimen Limnik (rawa) yakni, batu yang proses endapannya berlangsung di rawa


Jenis Batuan Sedimen Bedasarkan tenaga siklus, yaitu:

  • Batuan Sedimen Marine (tenaga air laut) proses pengendapan dipengaruhi oleh laut
  • Batuan Sedimen Aeris/Aeolis (tenaga angin) di mana proses siklus pengendapannya dipengaruhi oleh angin
  • Batuan Sedimen Glasial (tenaga es) merupakan jenis batuan yang siklus pengendapannya dipengaruhi oleh es
  • Batuan Sedimen Aqualis (tenaga air) proses dari siklus pengendapannya dipengaruhi oleh air.


Siklus Batuan Metamorf


Batuan metamorf terbentuk dari batuan sedimen dan batuan beku instrusif yang tidak tersingkap ke permukaan bumi. Batuan yang tidak tersingkap ke permukaan tersebut kemudian akan terkubur lebih dalam lagi. Semakin dalam, maka akan semakin memungkinkan batuan-batuan tersebut terpapar tekanan dan suhu yang tinggi di mana dihasilkan oleh energi panas dan tektonik dari bagian dalam bumi.

Hal ini yang kemudian mengubah batuan-batuan tersebut menjadi batuan metamorf di mana perubahan batuan terjadi di bawah permukaan bumi akibat tekanan dan suhu, serta kontak magma.
Para geolog sendiri biasanya menyebut batuan metamorf dengan istilah batuan yang sudah “dimasak”.

Sebutan tersebut didasari karena proses perubahan batuan hampir sama dengan proses adonan kua saat dipanaskan. Adonan kue dan kue sendiri mengandung bahan yang sama, namun memiliki tekstur dan bentuk yang akan sangat berbeda. Begitu juga dengan batuan sedimen dan batuan metamorf yang memiliki partikel sama namun tekstur dan bentuknya sangat berbeda.

Siklus Batuan Litosfer


Litosfer merupakan salah satu lapisan kerak bumi di mana secara epistemologi berasal dari bahasa Yunani. Litosfer berasal dari kata lithos yang berarti berbatu dan kata Sphere yang memiliki makna padat, Melalui dasar bahasa tersebut, maka dapat diartikan bahwa Litosfer diartikan sebagai batuan yang berada di bagian terluar dari bumi di mana berbentuk padat berbatu. Lapisan lithosfer juga sering kali diartikan sebagai kulit bumi karena terletak di bagian terluar lapisan bumi. Lapisan litosfer sendiri ditopang lapisan lain, yakni lapisan astenosfer di mana yang merupakan terpanas dari mantel bumi.

Teori lithosfer sendiri mulai berkembang pada tahun 1914 oleh Barrel yang muncul berdasarkan adanya anomali gravitasi di mana berada di kerak benua bagian atas. Barrel mengatakan, bahwa lithosfer merupakan lapisan terkuat yang berada di atas lapisan astenosfer yang lebih lemah. Setelah Barrel, kemudian teori lithosfer kembali dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940 di mana

pendapatnya diterima oleh berbagai ahli. Menurut Daly, lapisan lithosfer terbagi menjadi dua jenis, yaitu lithosfer samudra dan lithosfer benua. Perbedaan dari dua jenis litosfer tersebut didasarkan pada lokasinya. Lithosfer samudra sendiri biasanya diperkirakan memiliki ketebalan sekitar 50 hingga 100 kilo meter, berbeda dengan lithosfer benua yang kedalamannya bisa mencapai 40 hingga 200 kilo meter.

Selain dibedakan melalui letaknya, lapisan litosfer juga terbagi menjadi dua berdasarkan lapisan yang menyusunnya, lapisan sima dan lapisan sial. Lapisan sial sering kali disebut dengan kerak padat di mana terbentuk dari logam silisium dan logam aluminium yang memiliki ketebalan sekitar 35 kilo meter. Sedangkan lapisan sima tersusun dari logam silisium dan magnesium dengan besar dan berat yang lebih dari lapisan sial.

Perbedaannya dari lapisan sial adalah pada tingkat elastisitas, tesktur, dan berat. Lapisan sima sendiri diperkirakan memiliki ketebalan sekitar 65 kilo meter. Litosfer sendiri disusun oleh batuan beku, sedimen dan metamorf. Hal ini yang kemudian menunjukkan bahwa siklus litosfer sama dengan siklus batuan lain yang telah dijelaskan melalui beberapa pembahasan sebelumnya.

Litosfer sendiri memiliki beberapa manfaat, anta lain: Pertama, menjadi tempat tinggal dan berpijak seluruh makhluk hidup di bumi. Kedua, litosfer dapat dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan di bidang industri. Ketiga, memiliki kandungan mineral yang memberikan banyak manfaat bagi seluruh makhluk hidup.

Contoh-contoh batuan, tergantung jenisnya:


Ada beberapa contoh batu-batuan sesuai dengan jenis batuan yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan sebelumnya, antara lain:

  • Batuan beku dalam: Ada tiga contoh batuan beku dalam, yaitu batu granit, Senit, dan Diorit
  • Batuan beku luar: Contoh batuan beku liar, yaitu Bayu Apung, Basal, dan Andesit
  • Batuan sedimen klastik: Pasir, Batu konglomerat, dan Breksi.
  • Batuan sedimen kimiawi: Batu Fraternit, Halid, dan Gips
  • Batuan sedimen Organik: Batu Bara, Gambut, dan Karang
  • Batuan sedimen aeris: Batu Seris, Bukit pasir, dan Barchan,
  • Batuan sediemen glacial: Batu Monera, Gletser, dan Drumdin.
  • Batuan sedimen aquatic: Batu Gosong pasir dan Lempung
  • Batuan sedimen marine: Terumbu karang
  • Batuan metamorf kontak: Marmer, Tanduk, dan Kuarsit
  • Batuan metamorf Dinamo: Batu Sekis, Sabale, dan Filit
  • Batuan metamorf Thermal-Pneumatolik: Batu Genes, Grafit, dan Amfibiolit

Itulah beberapa siklus, jenis, dan contoh batuan yang bisa Anda pelajari. Pada pembahasan ini, kita tahu bahwa kerak bumi tersusun oleh beberapa jenis batuan, yaitu batuan beku, sedimen (endapan), dan metamorf. Tiga batuan tersebut yang menyediakan mineral anorganik hasil dari berbagai proses dan siklus batuan yang ada. Tak hanya itu, batuan-batuan itulah yang telah menjadi sumber penghidupan makhluk bumi.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter