Daftar isi [ Tampil ]
Sriwijaya adalah sebuah Kerajaan yang berada di Timur Sumatera Selatan.
Kerajaan ini pernah berjaya di masanya dan meninggalkan begitu banyak
peninggalan-peninggalan yang masih dilestarikan hingga sekarang.
Peninggalan dari kerajaan Sriwijaya kebanyakan bercorak agama Budha. Seorang pendeta Tiongkok yang bernama I Ching sendiri menuturkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi beribu-ribu sarjana Budha.
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar di Indonesia yang menguasai wilayah Kamboja, Thailand, hingga Semenanjung Malaya. Candi peninggalan kerajaan Sriwijaya memang tidak terlalu banyak. Hal tersebut dikarenakan lokasi kerajaan Sriwijaya sendiri berupa rawa-rawa dan hutan.
Itulah mengapa jarang sekali candi yang ditemukan. Meskipun demikian, terdapat beberapa candi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berdiri kokoh hingga sekarang. Candi-candi apa sajakah itu?
Candi Muara Takus merupakan candi yang terletak di desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi ini merupakan candi Budha satu-satunya yang berada di Provinsi Riau. Di area komplek Candi Muara Takus, terdapat beberapa komplek candi lain yang tersebar. Beberapa candi tersebar di sekitar Candi Muara Takus diantaranya adalah Candi Mahligai Stupa, Candi Sulung, Candi Palangka, dan Candi Bungsu.
Belum bisa dipastikan kapan pastinya candi –candi tersebut dibangun. Namun bisa diperkirakan bahwa candi-candi tersebut dibangun ketika kerajaan Sriwijaya masih berjaya di kepulauan Sumatra. Hingga sekarang ini, banyak sejarawan yang masih meneliti tentang candi Muara Takus. Dikatakan bahwa candi tersebut merupakan lokasi pemerintahan kerajaan Sriwijaya di masa lampau.
Candi Biaro Bahal atau yang lebih dikenal dengan nama Candi Bahal merupakan Candi yang dibangun pada abad ke 11. Candi ini merupakan candi Budha yang berada di desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Candi Bahal diduga merupakan bagian dari candi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berada di sisi pelabuhan pesisir selat Malaka.
Candi ini terdiri dari 3 bagian di dalamnya yaitu candi Bahal 1, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III. Bangunan candi candi tersebut terdiri dalam satu garis lurus dan saling berhubungan satu sama lain.
Gapura Sriwijaya merupakan candi yang berada di Sumatera Selatan. Candi ini
dikabarkan masih dalam proses penelitian. Sementara ini, baru ditemukan setidaknya tujuh Gapura. Kondisi Gapura-gapura yang ada masih dalam kondisi yang roboh dikarenakan faktor alam seperti gempa bumi dan lain-lain. Informasi tentang Gapura Sriwijaya memang belum terlalu banyak karena candi ini memang masih dalam tahap penelitian.
Berbeda dengan candi-candi lain yang memiliki arsitektur Budha, Candi Muaro
Jambi
merupakan candi agama Hindu dan Budha yang paling terawat dan paling luas di Indonesia. Candi ini diperkirakan sebagai candi peninggalan kerajaan Melayu di wilayah Sumatera.
Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muara Jambi, tepatnya berada di kecamatan Muara Sebo. Lebih tepatnya, candi ini berada di 26 km timur kota Jambi. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke 11. Hampir sama dengan candi Muara Takus, candi ini pernah dicalonkan oleh UNESCO untuk menjadi salah satu warisan dunia pada tahun 2009 lalu.
Berbeda dengan peninggalan candi-candi lain yang masih megah di Indonesia, candi Kota Kapur ini memiliki struktur yang sudah terkubur diantara pohon-pohon karet, kelapa sawit, dan pohon-pohon durian yang memang berlokasi di area tersebut. Candi ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan prasasti kota Kapur.
Diketahui dari sejarah, perairan Bangka tepatnya 21 km dari pantai Kota Kapur dulunya sering terjadi perampokan kapal oleh bajak laut. Itulah mengapa kerajaan Sriwijaya akhirnya menyikapi dengan mengirimkan pasukan ke daerah tersebut untuk membasmi bajak laut yang ada di tempat tersebut. Atas kejadian tersebut, dibuatlah prasasti kota Kapur di tempat tersebut.
Prasasti Kapur dibuat dengan tujuan untuk menghindari gangguan terhadap kapal kapal yang melewati selat. Prasasti ini berisi tentang perjanjian antara kerajaan Sriwijaya dengan para pasukan bajak laut. Berbagai peninggalan kerajaan Sriwijaya tersebut sudah sepatutnya untuk dilestarikan. Bahkan, Bahkan, di Indonesia sendiri memang banyak sekali ditemukan peninggalan candi, termasuk Candi Borobudur yang menjadi salah satu situs warisan dunia.
Tidak hanya memiliki peninggalan candi saja, namun kerajaan Sriwijaya rupanya juga meninggalkan berbagai macam prasasti penting. Berikut beberapa prasasti penting yang masih lestari hingga sekarang.
Prasasti ini merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di
Pulau Bangka. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu kuno. Aksara yang digunakan adalah Aksara Pallawa.
Prasasti ini berisi tentang kutukan-kutukan yang akan terjadi jika seseorang berani melanggar perintah dari Raja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan oleh J.K Van Der Maulen di tahun 1892 ini kemudian diteliti oleh seorang ahli epigrafi Belanda bernama H Kern. Hingga tahun 2012 lalu, Prasasti Kota Kapur masih disimpan dengan rapi di Museum Kerajaan Amsterdam.
Prasasti ini ditemukan di wilayah Thailand bagian Selatan. Prasasti ini memiliki patahan pada kedua sisinya. Sisi pertama prasasti dinamakan dengan Prasasti Ligor A sedangkan di bagian sisi lain dinamakan dengan Prasasti Ligor B.
Prasasti Ligor bagian A menceritakan Raja Sriwijaya merupakan raja dari semua raja yang ada di dunia. Raja Sriwijaya mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara. Sedangkan pada bagian satunya dari prasasti Ligor menceritakan tentang nama Visnu. Visnu memiliki gelar Sri Maharaja. Ia berasal ari keluarga Sailendravamsa. Ia mendapat julukan pembunuh musung yang sombong
Prasasti Hujung Langit merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di
desa Haur Kuning, kota Lampung. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa. Isi dari prasasti ini memang sudah tidak terlalu jelas. Namun, prasasti ini diperkirakan dibuat pada tahun 997 masehi,dan menceritakan pemberian tanah Sima.
Prasasti ini ditemukan di pinggir rawa di sebuah desa di Lampung Selatan bernama Desa Pasemah. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan menggunakan huruf Pallawa. Terdapat 13 baris tulisan yang berada di dalam prasasti ini.
Isi dari prasasti Palas Pasemah adalah tentang kutukan bagi orang-orang yang tidak mau tunduk pada aturan kekuasaan Sriwijaya. Jika dilihat dari tulisan prasasti Pasemah, prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke 7.
Di sebuah kaki bukit bagian utara Sungai Musi, seorang residen dari Palembang bernama Louis Wetenenk menemukan sebuah prasasti yang dinamakan prasasti Talang Tuo. Prasasti ini berisi tentang doa dedikasi dari aliran Budha yang digunakan di masa kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini ditemukan dalam kondisi yang masih sangat baik. Tulisan di prasasti ini pun bisa tertulis dengan jelas. Prasasti ini ditulis hingga 14 baris menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan taman oleh raja Sriwijaya di masa abad ke 7.
Prasasti Leiden merupakan sebuah prasasti bersejarah yang berasal dari kerajaan Sriwijaya. Prasasti yang ditulis di sebuah lempengan tembaga ini menggunakan bahasa Sansekerta dan pada saat ini berada di sebuah museum di Negara Belanda. Isi dari prasasti ini adalah tentang hubungan baik antara dinasti Chola dari Tamil dengan Dinasti Sailendra yang berasal dari tanah Sriwijaya.
Prasasti Brahi ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berhout. Prasasti ini ditemukan di Desa Karang Brahi, Jambi. Prasasti ini menceritakan kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk pada perintah raja Sriwijaya, layaknya isi dari prasasti Palas Pasemah dan Prasasti kota Kapur.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tahun 1920, tepatnya pada tanggal 29 November di Kampung Kedukan Bukit. Penemunya bernama M. Batenburg. Prasasti ini menceritakan seorang utusan yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang mengadakan perjalanan suci atau Sihayarta memakai perahu.
Dalam perjalanan yang dilakukannya, ia didampingi oleh 2000 pasukan dan berhasil menaklukan beberapa daerah lain. Kini, prasasti Kedukan Bukit disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Prasasti Bukit Siguntang merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di lingkungan pemakaman para raja Sriwijaya. Isi Prasasti Bukit Siguntang menerangkan peperangan yang memakan banyak korban jiwa. Karena posisinya, banyak barang sejarah lain yang ditemui bersamaan dengan prasasti ini.
Sebagai kerajaan yang paling besar yang pernah berkuasa di Indonesia, Sriwijaya memang meninggalkan berbagai macam hal yang sangat unik untuk dipelajari. Berikut beberapa kitab kitab peninggalan kerajaan Sriwijaya. Diketahui cukup banyak karya sastra peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan. Namun satu-satunya karya sastra yang berbentuk kitab adalah Kitab Pramanavartika.
Karya sastra dalam bentuk kitab ini ditulis oleh Dharma Kirti. Kitab ini adalah satu-satunya karya sastra dalam bentuk kitab peninggalan kerajaan Sriwijaya. Kitab ini membuktikan bahwa penyebaran agama Hindu dan Budha di Indonesia memang sangat berpengaruh terhadap seni sastra.
Kerajaan Sriwijaya memang berpengaruh besar terhadap penyebaran agama Budha. Itulah mengapa banyak sekali ditemukan arca dan candi peninggalan kerajaan Sriwijaya. Salah satu arca peninggalan kerajaan Sriwijaya adalah arca Budha perunggu yang ditemukan di abad IX. Arca tersebut dipamerkan di ruang pameran Museum Balaputradewa Palembang.
Namun, arca yang memiliki nilai ratusan juta rupiah ini ternyata raib pada tahun 2009. Arca ini ditemukan di bukit Seguntang Palembang oleh seorang anak kecil. Arca tersebut berbentuk unik dengan tangan yang diletakkan di atas paha.
Keadaan telapak tangan nampak di atas atau jnana mudra yang diwujudkan sebagai Budha. Arca ini duduk di atas Padmasana dalam kondisi bersila. Peninggalan kerajaan Sriwijaya ini ditemukan tepatnya pada tahun 1991.
Kerajaan yang pernah mengalami masa keemasan hingga berabad-abad lamanya ini memang meninggalkan berbagai macam barang antik dan unik. Terdapat banyak barang antik peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Palembang. Tidak hanya candi, prasasti, dan kitab saja yang menjadi peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Salah satu peninggalan lain dari kerajaan Sriwijaya adalah Tombak Trisula. Tidak banyak tahu bahwa Tombak trisula merupakan salah satu senjata yang mulai digunakan di era kerajaan Sriwijaya. Teori bahwa tombak Trisula digunakan di masa kerajaan Sriwijaya adalah adanya senjata trisula yang selalu dipegang oleh dewa Siwa, yang merupakan salah satu dari tiga Trimurti dalam ajaran agama Hindu.
Sriwijaya memang menjadi sebuah kerajaan besar dan termasyhur yang pernah ada di Indonesia. Oleh karenanya, peninggalannya benar-benar begitu banyak dan bisa dipelajari hingga sekarang. Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Peninggalan dari kerajaan Sriwijaya kebanyakan bercorak agama Budha. Seorang pendeta Tiongkok yang bernama I Ching sendiri menuturkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi beribu-ribu sarjana Budha.
Candi Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan terbesar di Indonesia yang menguasai wilayah Kamboja, Thailand, hingga Semenanjung Malaya. Candi peninggalan kerajaan Sriwijaya memang tidak terlalu banyak. Hal tersebut dikarenakan lokasi kerajaan Sriwijaya sendiri berupa rawa-rawa dan hutan.
Itulah mengapa jarang sekali candi yang ditemukan. Meskipun demikian, terdapat beberapa candi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berdiri kokoh hingga sekarang. Candi-candi apa sajakah itu?
1. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus merupakan candi yang terletak di desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Candi ini merupakan candi Budha satu-satunya yang berada di Provinsi Riau. Di area komplek Candi Muara Takus, terdapat beberapa komplek candi lain yang tersebar. Beberapa candi tersebar di sekitar Candi Muara Takus diantaranya adalah Candi Mahligai Stupa, Candi Sulung, Candi Palangka, dan Candi Bungsu.
Belum bisa dipastikan kapan pastinya candi –candi tersebut dibangun. Namun bisa diperkirakan bahwa candi-candi tersebut dibangun ketika kerajaan Sriwijaya masih berjaya di kepulauan Sumatra. Hingga sekarang ini, banyak sejarawan yang masih meneliti tentang candi Muara Takus. Dikatakan bahwa candi tersebut merupakan lokasi pemerintahan kerajaan Sriwijaya di masa lampau.
2. Candi Biaro Bahal
Candi Biaro Bahal atau yang lebih dikenal dengan nama Candi Bahal merupakan Candi yang dibangun pada abad ke 11. Candi ini merupakan candi Budha yang berada di desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Candi Bahal diduga merupakan bagian dari candi peninggalan kerajaan Sriwijaya yang berada di sisi pelabuhan pesisir selat Malaka.
Candi ini terdiri dari 3 bagian di dalamnya yaitu candi Bahal 1, Candi Bahal II, dan Candi Bahal III. Bangunan candi candi tersebut terdiri dalam satu garis lurus dan saling berhubungan satu sama lain.
3. Gapura Sriwijaya
Gapura Sriwijaya merupakan candi yang berada di Sumatera Selatan. Candi ini
dikabarkan masih dalam proses penelitian. Sementara ini, baru ditemukan setidaknya tujuh Gapura. Kondisi Gapura-gapura yang ada masih dalam kondisi yang roboh dikarenakan faktor alam seperti gempa bumi dan lain-lain. Informasi tentang Gapura Sriwijaya memang belum terlalu banyak karena candi ini memang masih dalam tahap penelitian.
4. Candi Muaro Jambi
Instagram/@vegaframe |
merupakan candi agama Hindu dan Budha yang paling terawat dan paling luas di Indonesia. Candi ini diperkirakan sebagai candi peninggalan kerajaan Melayu di wilayah Sumatera.
Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muara Jambi, tepatnya berada di kecamatan Muara Sebo. Lebih tepatnya, candi ini berada di 26 km timur kota Jambi. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke 11. Hampir sama dengan candi Muara Takus, candi ini pernah dicalonkan oleh UNESCO untuk menjadi salah satu warisan dunia pada tahun 2009 lalu.
5. Candi Kota Kapur
Berbeda dengan peninggalan candi-candi lain yang masih megah di Indonesia, candi Kota Kapur ini memiliki struktur yang sudah terkubur diantara pohon-pohon karet, kelapa sawit, dan pohon-pohon durian yang memang berlokasi di area tersebut. Candi ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan prasasti kota Kapur.
Diketahui dari sejarah, perairan Bangka tepatnya 21 km dari pantai Kota Kapur dulunya sering terjadi perampokan kapal oleh bajak laut. Itulah mengapa kerajaan Sriwijaya akhirnya menyikapi dengan mengirimkan pasukan ke daerah tersebut untuk membasmi bajak laut yang ada di tempat tersebut. Atas kejadian tersebut, dibuatlah prasasti kota Kapur di tempat tersebut.
Prasasti Kapur dibuat dengan tujuan untuk menghindari gangguan terhadap kapal kapal yang melewati selat. Prasasti ini berisi tentang perjanjian antara kerajaan Sriwijaya dengan para pasukan bajak laut. Berbagai peninggalan kerajaan Sriwijaya tersebut sudah sepatutnya untuk dilestarikan. Bahkan, Bahkan, di Indonesia sendiri memang banyak sekali ditemukan peninggalan candi, termasuk Candi Borobudur yang menjadi salah satu situs warisan dunia.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Tidak hanya memiliki peninggalan candi saja, namun kerajaan Sriwijaya rupanya juga meninggalkan berbagai macam prasasti penting. Berikut beberapa prasasti penting yang masih lestari hingga sekarang.
1. Prasasti kota kapur
Prasasti ini merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di
Pulau Bangka. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu kuno. Aksara yang digunakan adalah Aksara Pallawa.
Prasasti ini berisi tentang kutukan-kutukan yang akan terjadi jika seseorang berani melanggar perintah dari Raja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan oleh J.K Van Der Maulen di tahun 1892 ini kemudian diteliti oleh seorang ahli epigrafi Belanda bernama H Kern. Hingga tahun 2012 lalu, Prasasti Kota Kapur masih disimpan dengan rapi di Museum Kerajaan Amsterdam.
2. Prasasti Ligor
Prasasti ini ditemukan di wilayah Thailand bagian Selatan. Prasasti ini memiliki patahan pada kedua sisinya. Sisi pertama prasasti dinamakan dengan Prasasti Ligor A sedangkan di bagian sisi lain dinamakan dengan Prasasti Ligor B.
Prasasti Ligor bagian A menceritakan Raja Sriwijaya merupakan raja dari semua raja yang ada di dunia. Raja Sriwijaya mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara. Sedangkan pada bagian satunya dari prasasti Ligor menceritakan tentang nama Visnu. Visnu memiliki gelar Sri Maharaja. Ia berasal ari keluarga Sailendravamsa. Ia mendapat julukan pembunuh musung yang sombong
3. Prasasti Hujung Langit
Prasasti Hujung Langit merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di
desa Haur Kuning, kota Lampung. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dengan huruf Pallawa. Isi dari prasasti ini memang sudah tidak terlalu jelas. Namun, prasasti ini diperkirakan dibuat pada tahun 997 masehi,dan menceritakan pemberian tanah Sima.
4. Prasasti Palas Pasemah
Prasasti ini ditemukan di pinggir rawa di sebuah desa di Lampung Selatan bernama Desa Pasemah. Prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dengan menggunakan huruf Pallawa. Terdapat 13 baris tulisan yang berada di dalam prasasti ini.
Isi dari prasasti Palas Pasemah adalah tentang kutukan bagi orang-orang yang tidak mau tunduk pada aturan kekuasaan Sriwijaya. Jika dilihat dari tulisan prasasti Pasemah, prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke 7.
5. Prasasti Talang Tuwo
Di sebuah kaki bukit bagian utara Sungai Musi, seorang residen dari Palembang bernama Louis Wetenenk menemukan sebuah prasasti yang dinamakan prasasti Talang Tuo. Prasasti ini berisi tentang doa dedikasi dari aliran Budha yang digunakan di masa kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini ditemukan dalam kondisi yang masih sangat baik. Tulisan di prasasti ini pun bisa tertulis dengan jelas. Prasasti ini ditulis hingga 14 baris menggunakan huruf Pallawa dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan taman oleh raja Sriwijaya di masa abad ke 7.
6. Prasasti Leiden
Prasasti Leiden merupakan sebuah prasasti bersejarah yang berasal dari kerajaan Sriwijaya. Prasasti yang ditulis di sebuah lempengan tembaga ini menggunakan bahasa Sansekerta dan pada saat ini berada di sebuah museum di Negara Belanda. Isi dari prasasti ini adalah tentang hubungan baik antara dinasti Chola dari Tamil dengan Dinasti Sailendra yang berasal dari tanah Sriwijaya.
7. Prasasti Karang Brahi
Prasasti Brahi ditemukan pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berhout. Prasasti ini ditemukan di Desa Karang Brahi, Jambi. Prasasti ini menceritakan kutukan bagi orang-orang yang tidak tunduk pada perintah raja Sriwijaya, layaknya isi dari prasasti Palas Pasemah dan Prasasti kota Kapur.
8. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tahun 1920, tepatnya pada tanggal 29 November di Kampung Kedukan Bukit. Penemunya bernama M. Batenburg. Prasasti ini menceritakan seorang utusan yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya bernama Dapunta Hyang yang mengadakan perjalanan suci atau Sihayarta memakai perahu.
Dalam perjalanan yang dilakukannya, ia didampingi oleh 2000 pasukan dan berhasil menaklukan beberapa daerah lain. Kini, prasasti Kedukan Bukit disimpan di Museum Nasional Jakarta.
9. Prasasti Bukit Siguntang
Prasasti Bukit Siguntang merupakan peninggalan kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di lingkungan pemakaman para raja Sriwijaya. Isi Prasasti Bukit Siguntang menerangkan peperangan yang memakan banyak korban jiwa. Karena posisinya, banyak barang sejarah lain yang ditemui bersamaan dengan prasasti ini.
10. Prasasti Amoghapasa
Prasasti Amoghapasha ialah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di daerah Jambi. Diperkirakan prasasti ini telah terdapat semenjak tahun 1286 Masehi. Isi Prasasti Amoghapasha ini menuturkan suatu penyerahan hadiah yang diberikan raja Kartanegara kepada raja Suwarnabhumi.
11. Prasasti Telaga Batu
Prasasti Telaga Batu ditemukan di dekat kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang. Isi prasasti Telaga Batu ialah mengenai kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di Sriwijaya.
Di dekat letak penemuan Prasasti Telaga Batu ini pula ditemui Prasasti Telaga Batu 2 yang menggambarkan tentang keberadaam suatu vihara.
Kitab Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Sebagai kerajaan yang paling besar yang pernah berkuasa di Indonesia, Sriwijaya memang meninggalkan berbagai macam hal yang sangat unik untuk dipelajari. Berikut beberapa kitab kitab peninggalan kerajaan Sriwijaya. Diketahui cukup banyak karya sastra peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan. Namun satu-satunya karya sastra yang berbentuk kitab adalah Kitab Pramanavartika.
Karya sastra dalam bentuk kitab ini ditulis oleh Dharma Kirti. Kitab ini adalah satu-satunya karya sastra dalam bentuk kitab peninggalan kerajaan Sriwijaya. Kitab ini membuktikan bahwa penyebaran agama Hindu dan Budha di Indonesia memang sangat berpengaruh terhadap seni sastra.
Arca Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya memang berpengaruh besar terhadap penyebaran agama Budha. Itulah mengapa banyak sekali ditemukan arca dan candi peninggalan kerajaan Sriwijaya. Salah satu arca peninggalan kerajaan Sriwijaya adalah arca Budha perunggu yang ditemukan di abad IX. Arca tersebut dipamerkan di ruang pameran Museum Balaputradewa Palembang.
Namun, arca yang memiliki nilai ratusan juta rupiah ini ternyata raib pada tahun 2009. Arca ini ditemukan di bukit Seguntang Palembang oleh seorang anak kecil. Arca tersebut berbentuk unik dengan tangan yang diletakkan di atas paha.
Keadaan telapak tangan nampak di atas atau jnana mudra yang diwujudkan sebagai Budha. Arca ini duduk di atas Padmasana dalam kondisi bersila. Peninggalan kerajaan Sriwijaya ini ditemukan tepatnya pada tahun 1991.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang lainnya
Kerajaan yang pernah mengalami masa keemasan hingga berabad-abad lamanya ini memang meninggalkan berbagai macam barang antik dan unik. Terdapat banyak barang antik peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Palembang. Tidak hanya candi, prasasti, dan kitab saja yang menjadi peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Salah satu peninggalan lain dari kerajaan Sriwijaya adalah Tombak Trisula. Tidak banyak tahu bahwa Tombak trisula merupakan salah satu senjata yang mulai digunakan di era kerajaan Sriwijaya. Teori bahwa tombak Trisula digunakan di masa kerajaan Sriwijaya adalah adanya senjata trisula yang selalu dipegang oleh dewa Siwa, yang merupakan salah satu dari tiga Trimurti dalam ajaran agama Hindu.
Sriwijaya memang menjadi sebuah kerajaan besar dan termasyhur yang pernah ada di Indonesia. Oleh karenanya, peninggalannya benar-benar begitu banyak dan bisa dipelajari hingga sekarang. Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Post a Comment
Post a Comment