Kisah Nabi Muhammad SAW, Sejarah Hidup dan Keadaan Beliau Saat Turunnya Wahyu

Post a Comment
Daftar isi [ Tampil ]
Kisah Nabi Muhammad SAW merupakan kisah yang menjadi teladan paling baik bagi umat manusia gunakan untuk menjalankan kehidupannya sehari-hari. Inilah kisah Nabi Muhammad selengkapnya.

Nabi Muhammad merupakan nabi terakhir yang menjadi panutan umat Muslim di seluruh dunia. Beliau merupakan nabi yang dinantikan syafaatnya kelak di Yaumul Akhir. Beliau lahir di Mekkah, dan ayahnya telah meninggal sewaktu ia berada di dalam kandungan.

Saat kecil, Beliau tinggal bersamya ibunya, akan tetapi ibunya meninggal dan ia tinggal bersama kakeknya. Setelah beberapa tahun tinggal bersama, kakeknya meninggal dan hidup bersama pamannya.

Nabi telah tumbuh dewasa dan sering ikut berdagang bersama pamannya. Beliau merupakan penjual yang jujur dan disegani oleh banyak orang. Setelah beberapa lama berjualan bersama pamannya beliau lalu mulai berjualan sendiri. Dan sampai pada akhirnya bertemu dengan Siti Khotidjah, lalu mereka menikah.
Kisah Nabi Muhammad SAW, Sejarah Hidup dan Keadaan Beliau Saat Turunnya Wahyu
rosediana.net
Malaikat Jibril di Gua Hira dan Keadaan Saat Turunnya Wahyu

Beberapa tahun kemudian Nabi SAW mulai menyendiri di Gua Hira. Hingga beberapa waktu berlalu, tibalah bulan Ramadhan. Kemudian beliau bertemu dengan malaikat Jibril di gua tersebut. Jibril diutus Allah SWT untuk memerintahkan Nabi membaca, turunlah surat al-Alaq ayat 1-5. Jibril mendekap Nabi sampai beliau merasakan ketakutan.

Nabi begitu sadar bahwa keanehan yang telah dialaminya bukanlah hal yang menduga-duga. Beliau bisa merasakan sakit yang bisa dirasakan inderanya, hal ini juga menjadi pembelajaran bahwa akan ada keadaan berat seperti ini lagi berikutnya.

Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (QS:Al-Muzzamil ayat 5)

Firman Allah tersebut mengandung arti yang mendalam dan penuh dengan hikmah, berat tersebut mengandung arti sebenarnya yang dirasakan oleh panca indera. Hal ini juga tegaskan oleh pengalaman Zaid bin Tsabit, “Sesungguhnya Rasulullah sedang mendapatkan wahyu, “Tidaklah sama antara  mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah...”(QS:An-Nisaa ayat 95).

Datanglah Ibnu Ummi seorang laki-laki yang buta dan menyebutkan ayat dan berkata, “ Wahai Rasulullah, seandainya aku bisa berjihad, pasti aku akan berjihad.” Lalu Allah SWT menambahkan ayat kepada Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu beliau berada di atas pahaku, aku sampai khawatir pahaku remuk, dan Allah menurunkan ayat, “yang tidak punya uzur” (QS:An-Nisaa ayat 95). (HR. Al-Bukhary, Kitab al-Jihad waas-Siyar, 2667, at-Turmudzi 3033, dan an-Nasa-I 4308).

Aisyah juga meriwayatkan, “Apabila Rasulullah menerima wahyu saat berada di atas tunggangannya (ontanya), maka bagian perut onta itu akan menempel ke tanah.” (HR. Ahmad 24912).

Hadis tersebut memiliki arti bahwa onta tersebut sanggup menahan beban Rasulullah yang sedang menerima wahyu. Sehingga onta tersebut terduduk hingga perutnya menempel tanah. Peristiwa menerima wahyu berbeda-beda, karena wahyu yang satu bisa lebih berat dari wahyu lainnya yang diturunkan.

Al- Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu datang kepadamu?”.Rasulullah lalu menjawab, “Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia memberitakan sesuatu dan aku memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang dalam wujud seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku dan aku paham apa yang diucapkannya.”(HR. al-Bukhari 3043 dan Muslim 2333).

Membaca hadis tersebut berarti kesulitan penerimaan wahyu memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Seperti yang juga dituturkan Aisyah, ia paham benar mengenai beratnya wahyu tersebut. Ia menceritakan bagaimana keadaan Nabi SAW saat wahyu turun pada musim dingin.

“Sungguh aku melihat wahyu turun kepada beliau di hari yang sangat dingin namun beliau tidak merasa kedinginan.Bahkan dari dahi beliau mengeluarkan keringat.”(HR. al-Bukhari 2, at-Turmudzi 3634, an-Nasai-1006, dan Ahmad 26241).

Berada di ruang ber-AC dengan suhu 20 derajat sudah membuat kita tidak berkeringat. Sedangkan Kota Madinah dinginnya bisa mencapai 10 derajat celcius, bahkan bisa lebih rendah lagi. Namun dalam kondisi itu beliau berkeringat, bisa dibayangkan betapa berat keadaan yang dialami Rasulullah SAW.

Ada hikmah dibalik hadis-hadis diatas tadi, bahwa Allah lebih mengetahui apa hikmahnya. Nabi Muhammad mendapatkan ujian dari segala sisi rasa sakit yang diderita, keluarga yang wafat, negeri asalnya, sahabat, dan juga hartanya.

“Sungguh aku sakit sebagaimana rasa sakit dua orang kalian (dua kali lipat).”(HR. al-Bukhari 5324 dan Muslim 2571).

“Orang yang paling besar musibahnya adalah para nabi, kemudian yang (keshalehannya) mirip (dengan mereka), kemudian yang mirip dengan mereka.”(HR. an-Nasa-i 7482, dan lain-lain).

Rasulullah SAW merupakan sebaik-baiknya manusia, yaitu rasul paling utama. Beliau mendapatkan banyak cobaan sampai pada saat menerima wahyu. Dengan rasa sakit tersebut beliau tetap bersabar, beliau lebih melihat cobaan tersebut pada hikmah yang merupakan petunjuk untuk umatnya. Sampai-sampai Nabi Muhammad rindu berjumpa dengan malaikat Jibril serta mendengar kalam ilahinya.

Seperti yang telah diriwayatkan Ibnu Abbas, Nabi Muhammad bertanya kepada Jibril, “Mengapa engkau tidak sering lagi mengunjungiku sebagaimana biasanya?” Lalu turunlah ayat: Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nyalah segala yang ada di hadapan kita, dan segala yang ada di belakang kita. (Maryam: 64).” (HR. al-Bukhari 4454 dan selainnya).

Dengan mengetahui bagaimana keadaan Nabi Muhammad SAW saat menerima wahyu, semoga kita senantiasa semakin mengagungkan Al-Qur’an. Dengan rajin membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.Bagaimana Rasulullah SAW berjuang bersabar untuk menahan beratnya wahyu yang Allah turunkan untuk disampaikan kepada kita semua.

Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Pada akhir bulan Syafar 11 H, Nabi Muhammad mengeluhkan sakit kepala. Sepanjang hari beliau juga banyak berwasiat,

“Beliau mewasiatkan agar orang-orang musyrik dikeluarkan dari Jazirah Arab (HR. al-Bukhari, Fathul Bari, 8/132 No. 4431).”

Wasiat kedua untuk berpegang teguh dengan Al-Qur’an. Ketiga pasukan Usamah bin Zaid hendaknya tetap diberangkatkan memerangi Romawi. Keempat agar berbuat baik kepada orang-orang Anshar. Kelima agar menjaga shalat dan berbuat baik kepada para budak.

Beliau juga melaknat orang-orang Yahudi menjadikan kuburan para nabi dijadikan masjid, dan melarang kuburan beliau dijadikan berhala yang disembah. Diantara pesan beliau adalah mengenai orang Yahudi dikeluarkan dari Jazirah Arab.

Sehari sebelum wafat, beliau bersedekah beberapa dinar dan bersabda, “Kami (para nabi) tidak mewariskan.Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah.”(HR. al-Bukhari dalam FathulBri, 12/8 No. 6730).

Senin Rabiul awal rahun 11 H, Nabi Muhammad SAW wafat.Hari itu adalah waktu dhuha yang penuh dengan kesedihan.Bumi telah kehilangan orang paling mulia yang pernah menginjakkan kaki di atasnya.

Kisah Nabi Muhammad memang menjadi teladan, karena Nabi merupakan suri tauladan yang baik untuk kehidupan umat manusia hingga akhir zaman.Rasulullah merupakan rahmat bagi seluruh alam.Semoga kita semua senantiasa mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW kelak di akhir zaman.

Semoga Kisah Nabi Muhammad diatas bermanfaat.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter