Daftar isi [ Tampil ]
Nabi Khidir merupakan Nabi yang diyakini memiliki umur panjang hingga akhir zaman. Ada beberapa fakta yang membuktikan bahwa Nabi Khidir masih hidup hingga sekarang. Bukti tersebut yaitu sebagai berikut ini:
1. Salah seorang murid Syeikh Abu Hasan yaitu Al Murshi mengaku bahwa pernah bertemu Nabi Khidir, bahkan ia sempat bersalaman. Ia bertanya kepada Nabi Khidir bagaimana keadaan arwah orang muslim yang telah meninggal, apakah mendapat siksaan atau tidak.
2. Syayidina Ali mengaku pernah melihat Nabi Khidir ada di Ka’bah.
3. Umar bin Sinan pernah berpapasan dengan Ibrahim al-Khawwash yang bercerita bahwa ia bertemu Nabi Khidir dalam perjalanan.
4. Abul Hasanasy-Syadzili mengaku bahwa ia pernah bertemu Nabi Khidir di Padang Aidzab.
Nabi Khidir merupakan nabi yang masih hidup hingga kiamat kelak. Nama Khidir memiliki arti hijau, dan kedatangannya selalu membawa kehijauan di sekitarnya. Rumput yang semula kering akan menjadi hijau apabila didatangi Nabi Khidir.
Ada sebuah kisah Nabi Khidir yang sampai sekarang mungkin masih menjadi misteri dan banyak orang yang heran. Ada seorang Raja bernama Iskandar Zulkarnain, ia merupakan penguasa wilayah barat dan timur. Meskipun ia raja yang sangat kuat, tetapi ia tidak sombong dan selalu menjadi hamba Allah yang taat.
Pada tahun 322 SM, Raja Iskandar Zulkarnain mengadakan perjalanan mengelilingi bumi. Ia ditemani oleh Malikat Rofi’il. Dalam perjalanannya tersebut, raja bertanya kepada Malaikat, mengenai bagaimana ibadahnya para penghuni langit. Malaikat pun menjelaskan bahwa ibadah penghuni langit ada yang bertakbir hingga akhir zaman dan ada pula yang bersujud sampai akhir zaman. Mendengar hal tersebut, raja ingin seperti para penghuni langit yang beribadah sampai akhir zaman.
Malikat Rofi’il memberi tahu raja bahwa Allah telah menciptakan sumber mata air yang suci, dan apabila ada yang meminumnya ia akan kekal hingga akhir zaman kecuali apabila ingin dimatikan. Akan tetapi mata air tersebut berada di tempat yang sangat gelap di bagian belahan bumi. Mata air tersebut bernama Ainul Hayat.
Raja Iskandar Zulkarnain akhirnya mengumpulkan para ahli untuk menemukan dimana Ainul Hayat. Salah seorang diantara mereka mengetahui bahwa mata air Ainul Hayat terletak di bagian terbitnya matahari.
Mengetahui hal itu, Raja Iskandar beserta rombongan termasuk Nabi Khidir ikut bersamanya. Setelah menemukan dimana Ainul Hayat, sang raja memerintahkan pasukannya untuk masuk bersamanya.
Mereka menempuh perjalanan di dalam gua tanpa melihat sinar matahari selama 18 hari.
Dalam perjalanannya tersebut, Nabi Khidir mendapatkan wahyu Allah SWT dimana letak Ainul Hayat. Mata air Ainul Hayat terletak di tepi kanan jurang, dan hanya diperuntukkan untuk Nabi Khidir saja. Nabi Khidir akhirnya menuju ke Ainul Hayat sendirian tanpa sepengetahuan sang raja.
Para ulama berpendapat mengenai siapa itu Khidir. Sebagian dari mereka ada yang berpendapat bahwa ia adalah seorang wali dari wali-wali Allah SWT. Dan sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa ia adalah seorang Nabi.
Namun terdapat banyak cerita palsu mengenai Nabi Khidir, ada yang bercerita bahwa ia akan hidup hingga akhir zaman dan ada pula yang berkata bahwa ia wafat seperti makhluk pada umumnya, “wawlahua’lam bisawab”. Yang jelas, kisah Nabi Khidir tidak dapat dijabarkan melalui nas atau hadis yang otentik. Hal tersebut memang problem yang membingungkan dan sangat rumit.
Suatu hari, Nabi Musa bercerita kepada Bani Israil agar menyembah Allah SWT. Lalu ada salah seorang Bani Israil yang bertanya, “Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih alim darimu wahai Nabi Allah?”“Tidak”, jawab Musa dengan Nada emosi.
Allah SWT tidak setuju dengan jawaban Musa itu. Kemudian Allah mengutus Jibril untuk bertanya kepada Musa, “Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui dimana Allah SWT meletakkan ilmunya?”“Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba yang berada di majma’ al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu. ”Akhirnya Nabi Musa pergi untuk menemui hamba yang alim itu. Ia bertanya bagaimana cara menemui hamba itu, dan ia diperintahkan untuk membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu melompat ke lautan, maka saat itulah Nabi Musa bisa bertemu hamba yang alim tersebut.
Akhirnya Musa pergi ditemani salah seorang pembantunya yang masih muda, ia juga tak lupa membawa ikan yang diperintahkan. Sampai pada akhirnya Nabi Musa bertemu dengan Khidir diatas sajadah hijau di tengah lautan. Musa meminta untuk mengikuti Khidir dan berbagi ilmunya, namun Khidir memiliki syarat agar Musa tidak bertanya satupun kepadanya atau hamba yang shaleh itu akan memberitahukannya sendiri. Musa menyetujui syarat tersebut.
Nabi Musa pergi bersama Khidir ke tepi laut, lalu ada sebuah perahu yang berlayar. Musa dan Khidir berbicara kepada orang-orang yang ada di kapal agar mau mengangkut mereka. Karena orang-orang di kapal kenal dengan Khidir, akhirnya mereka mengijinkan.
Setelah mereka berlayar menggunakan perahu, tiba-tiba saja Khidir melubangi perahu tersebut dan mencabuti papan demi papan lalu di buangnya ke laut. Melihat tindakan Khidir membuat Musa berkata: “Apakah engkau melobanginya agar para penumpangnya tenggelam?”.Mendengar pertanyaan Musa itu membuat usaha belajar Musa sia-sia karena dirinya tidak mampu bersabar, lalu Musa meminta maaf.
Kemudian setelah beberapa saat, mereka melewati sebuah kebun tempat anak-anak kecil bermain. Saat mereka lelah bermain, ada seorang anak yang bersandar di bawah pohon. Tiba-tiba saja Musa kaget melihat hamba Allah itu membunuh anak tersebut. Lagi-lagi Musa bertanya tentang kejahatan yang dilakukan hamba Allah itu, ia kembali mengingatkan Musa bahwa ia sudah tidak mampu lagi bersabar dengannya. Musa akhirnya meminta maaf kepada hamba Allah itu.
Sampailah mereka di sebuah negeri, saat sore hari mereka beristirahat di sebelah dinding yang hampir roboh. Hamba Allah itu memperbaiki dinding tersebut sampai akhirnya tidak roboh. Lalu Musa berkata: “Seandainya engkau mau, engkau bisa mendapat upah atas pembangunan tembok itu.” Mendengar perkataan Musa membuat hamba Allah mengingatkan perkataan yang seharusnya tidak dikatakan oleh Musa. Ia juga mengingatkan bahwa itu adalah pertanyaan ketiga dan akhir dari pertemuan tersebut.
Lalu hamba Allah SWT menceritakan kepada Musa dan membongkar semua kebingungan Musa. Hamba yang shaleh itu menyingkapkan bahwa ilmu Musa sangat terbatas, selanjutnya ia memberitahukan bahwa banyak dari musibah di bumi justru terdapat rahmat yang besar, seperti yang terjadi pada perahu yang dilubangi. Mengenai anak kecil yang dibunuh, kematiannya justru membawa rahmat yang besar karena Allah telah memberi mereka gantinya.
Awalnya Nabi Musa mempersoalkan tindakan yang dilakukan hamba Allah tersebut. Namun ia menjadi mengerti bahwa tindakan hamba Allah itu tersembunyi rahmat dibalik peristiwa yang terjadi. Selanjutnya Nabi Musa dan pembantunya kembali pulang ke Bani Israil. Sekarang Nabi Musa telah mendapatkan keyakinan yang luar biasa.
Demikianlah kisah mengenai Nabi Khidir, semoga bermanfaat.
1. Salah seorang murid Syeikh Abu Hasan yaitu Al Murshi mengaku bahwa pernah bertemu Nabi Khidir, bahkan ia sempat bersalaman. Ia bertanya kepada Nabi Khidir bagaimana keadaan arwah orang muslim yang telah meninggal, apakah mendapat siksaan atau tidak.
2. Syayidina Ali mengaku pernah melihat Nabi Khidir ada di Ka’bah.
3. Umar bin Sinan pernah berpapasan dengan Ibrahim al-Khawwash yang bercerita bahwa ia bertemu Nabi Khidir dalam perjalanan.
4. Abul Hasanasy-Syadzili mengaku bahwa ia pernah bertemu Nabi Khidir di Padang Aidzab.
Nabi Khidir merupakan nabi yang masih hidup hingga kiamat kelak. Nama Khidir memiliki arti hijau, dan kedatangannya selalu membawa kehijauan di sekitarnya. Rumput yang semula kering akan menjadi hijau apabila didatangi Nabi Khidir.
ilmughaibi.files.wordpress.com |
Kisah Nabi Khidir dan Iskandar Zulkarnain
Ada sebuah kisah Nabi Khidir yang sampai sekarang mungkin masih menjadi misteri dan banyak orang yang heran. Ada seorang Raja bernama Iskandar Zulkarnain, ia merupakan penguasa wilayah barat dan timur. Meskipun ia raja yang sangat kuat, tetapi ia tidak sombong dan selalu menjadi hamba Allah yang taat.
Pada tahun 322 SM, Raja Iskandar Zulkarnain mengadakan perjalanan mengelilingi bumi. Ia ditemani oleh Malikat Rofi’il. Dalam perjalanannya tersebut, raja bertanya kepada Malaikat, mengenai bagaimana ibadahnya para penghuni langit. Malaikat pun menjelaskan bahwa ibadah penghuni langit ada yang bertakbir hingga akhir zaman dan ada pula yang bersujud sampai akhir zaman. Mendengar hal tersebut, raja ingin seperti para penghuni langit yang beribadah sampai akhir zaman.
Malikat Rofi’il memberi tahu raja bahwa Allah telah menciptakan sumber mata air yang suci, dan apabila ada yang meminumnya ia akan kekal hingga akhir zaman kecuali apabila ingin dimatikan. Akan tetapi mata air tersebut berada di tempat yang sangat gelap di bagian belahan bumi. Mata air tersebut bernama Ainul Hayat.
Raja Iskandar Zulkarnain akhirnya mengumpulkan para ahli untuk menemukan dimana Ainul Hayat. Salah seorang diantara mereka mengetahui bahwa mata air Ainul Hayat terletak di bagian terbitnya matahari.
Mengetahui hal itu, Raja Iskandar beserta rombongan termasuk Nabi Khidir ikut bersamanya. Setelah menemukan dimana Ainul Hayat, sang raja memerintahkan pasukannya untuk masuk bersamanya.
Mereka menempuh perjalanan di dalam gua tanpa melihat sinar matahari selama 18 hari.
Dalam perjalanannya tersebut, Nabi Khidir mendapatkan wahyu Allah SWT dimana letak Ainul Hayat. Mata air Ainul Hayat terletak di tepi kanan jurang, dan hanya diperuntukkan untuk Nabi Khidir saja. Nabi Khidir akhirnya menuju ke Ainul Hayat sendirian tanpa sepengetahuan sang raja.
Para ulama berpendapat mengenai siapa itu Khidir. Sebagian dari mereka ada yang berpendapat bahwa ia adalah seorang wali dari wali-wali Allah SWT. Dan sebagian lagi ada yang berpendapat bahwa ia adalah seorang Nabi.
Namun terdapat banyak cerita palsu mengenai Nabi Khidir, ada yang bercerita bahwa ia akan hidup hingga akhir zaman dan ada pula yang berkata bahwa ia wafat seperti makhluk pada umumnya, “wawlahua’lam bisawab”. Yang jelas, kisah Nabi Khidir tidak dapat dijabarkan melalui nas atau hadis yang otentik. Hal tersebut memang problem yang membingungkan dan sangat rumit.
Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa
Suatu hari, Nabi Musa bercerita kepada Bani Israil agar menyembah Allah SWT. Lalu ada salah seorang Bani Israil yang bertanya, “Apakah ada di muka bumi seseorang yang lebih alim darimu wahai Nabi Allah?”“Tidak”, jawab Musa dengan Nada emosi.
Allah SWT tidak setuju dengan jawaban Musa itu. Kemudian Allah mengutus Jibril untuk bertanya kepada Musa, “Wahai Musa, tidakkah engkau mengetahui dimana Allah SWT meletakkan ilmunya?”“Sesungguhnya Allah memiliki seorang hamba yang berada di majma’ al-Bahrain yang ia lebih alim daripada kamu. ”Akhirnya Nabi Musa pergi untuk menemui hamba yang alim itu. Ia bertanya bagaimana cara menemui hamba itu, dan ia diperintahkan untuk membawa ikan di keranjang. Ketika ikan itu melompat ke lautan, maka saat itulah Nabi Musa bisa bertemu hamba yang alim tersebut.
Akhirnya Musa pergi ditemani salah seorang pembantunya yang masih muda, ia juga tak lupa membawa ikan yang diperintahkan. Sampai pada akhirnya Nabi Musa bertemu dengan Khidir diatas sajadah hijau di tengah lautan. Musa meminta untuk mengikuti Khidir dan berbagi ilmunya, namun Khidir memiliki syarat agar Musa tidak bertanya satupun kepadanya atau hamba yang shaleh itu akan memberitahukannya sendiri. Musa menyetujui syarat tersebut.
Nabi Musa pergi bersama Khidir ke tepi laut, lalu ada sebuah perahu yang berlayar. Musa dan Khidir berbicara kepada orang-orang yang ada di kapal agar mau mengangkut mereka. Karena orang-orang di kapal kenal dengan Khidir, akhirnya mereka mengijinkan.
Setelah mereka berlayar menggunakan perahu, tiba-tiba saja Khidir melubangi perahu tersebut dan mencabuti papan demi papan lalu di buangnya ke laut. Melihat tindakan Khidir membuat Musa berkata: “Apakah engkau melobanginya agar para penumpangnya tenggelam?”.Mendengar pertanyaan Musa itu membuat usaha belajar Musa sia-sia karena dirinya tidak mampu bersabar, lalu Musa meminta maaf.
Kemudian setelah beberapa saat, mereka melewati sebuah kebun tempat anak-anak kecil bermain. Saat mereka lelah bermain, ada seorang anak yang bersandar di bawah pohon. Tiba-tiba saja Musa kaget melihat hamba Allah itu membunuh anak tersebut. Lagi-lagi Musa bertanya tentang kejahatan yang dilakukan hamba Allah itu, ia kembali mengingatkan Musa bahwa ia sudah tidak mampu lagi bersabar dengannya. Musa akhirnya meminta maaf kepada hamba Allah itu.
Sampailah mereka di sebuah negeri, saat sore hari mereka beristirahat di sebelah dinding yang hampir roboh. Hamba Allah itu memperbaiki dinding tersebut sampai akhirnya tidak roboh. Lalu Musa berkata: “Seandainya engkau mau, engkau bisa mendapat upah atas pembangunan tembok itu.” Mendengar perkataan Musa membuat hamba Allah mengingatkan perkataan yang seharusnya tidak dikatakan oleh Musa. Ia juga mengingatkan bahwa itu adalah pertanyaan ketiga dan akhir dari pertemuan tersebut.
Lalu hamba Allah SWT menceritakan kepada Musa dan membongkar semua kebingungan Musa. Hamba yang shaleh itu menyingkapkan bahwa ilmu Musa sangat terbatas, selanjutnya ia memberitahukan bahwa banyak dari musibah di bumi justru terdapat rahmat yang besar, seperti yang terjadi pada perahu yang dilubangi. Mengenai anak kecil yang dibunuh, kematiannya justru membawa rahmat yang besar karena Allah telah memberi mereka gantinya.
Awalnya Nabi Musa mempersoalkan tindakan yang dilakukan hamba Allah tersebut. Namun ia menjadi mengerti bahwa tindakan hamba Allah itu tersembunyi rahmat dibalik peristiwa yang terjadi. Selanjutnya Nabi Musa dan pembantunya kembali pulang ke Bani Israil. Sekarang Nabi Musa telah mendapatkan keyakinan yang luar biasa.
Demikianlah kisah mengenai Nabi Khidir, semoga bermanfaat.
Post a Comment
Post a Comment