Daftar isi [ Tampil ]
Bacaan Doa Niat Mandi Wajib dan Tata Cara Mandi Wajib Lengkap - Dalam agama Islam diajarkan tentang mandi wajib. Dan mandi wajib ini tentu saja hukumnya wajib untuk dilakukan, sebab bila tidak dilakukan tentu ibadah yang dilakukan tidak akan mendapat pahala misalnya ibadah shalat. Tetapi banyak orang yang belum mengetahui dan belum paham apa itu mandi wajib. Padahal hal itu sangat penting untuk diketahui dan tentu saja diamalkan.
Banyak orang yang beranggapan bahwa mandi wajib identik dengan mandi junub atau mandi yang dilakukan setelah berhubungan suami istri. Padahal untuk diketahui bahwa mandi ini tidak hanya mandi junub saja, tetapi juga setelah haid/menstrusi, setelah melahirkan/nifas, dan meninggal dunia.
Bacaan doa mandi wajib dan tata caranya tentu saja berbeda antara mandi junub, haid, nifas, dan meninggal dunia. Perbedaan yang paling jelas tentu saja pada niatnya, dan pada tata cara mandi wajib untuk orang yang meninggal.
Sebab mandi wajib antara lain bersetubuh, keluar air mani walaupun itu sedikit, keluar haid atau menstruasi bagi seorang wanita, wiladah atau melahirkan anak, nifas, dan meninggal tetapi meninggal bukan karena syahid atau meninggal bukan karena melakukan perang.
Sedangkan rukun mandi wajib sendiri sebenarnya ada 3. Dan apabila sudah lengkap ketiga rukun, tentu saja mandi wajib yang dilakukan sudah sah. Adapun rukun-rukun tersebut yang perlu diketahui diantaranya :
1. Niat
Rukun mandi wajib yang pertama adalah niat.Niat ini sangat penting untuk dilakukan, dan sebaiknya ketika membaca niat cukup dalam hati.Dan niat ini duicapkan dengan sungguh-sungguh, hanya untuk Allah SWT. Adapaun niat mandi wajib biasanya berbeda-beda, tergantung dari mandi wajib apa yang akan dilakukan.
2. Menghilangkan najis yang ada di badan, baik yang terlihat (‘ayni) maupun yang tidak terlihat (hukmi).
3. Mengguyurkan air keseluruh anggota badan, dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Berikut pembahasan lengkap mengenai bacaan doa, tata cara, niat dan juga cara mandi wajib untuk masing-masing sebab-sebab yang menyebabkan seseorang diwajibkan mandi wajib.
Mandi wajib karena junub wajib dilakukan segera setelah selesai melakukan hubungan suami istri. Dan mandi ini wajib dilakukan walaupun tidak keluarnya air mani dari seorang pria.
Ini dikuatkan dengan Hadist dari AisyahR.A:
“ Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya namun tidak sampai keluar air mani. Apakah keduanya wajib mandi? Sedangkan Aisyah ketika itu sedang duduk di samping, maka Rasulullah SAW bersabda, “ Aku sendiri pernah bersetubuh dengan wanita ini (yang dimaksud adalah Aisyah) namun tidak keluar mani,kemudian kami pun mandi.” (HR. Muslim:350)
Ketika akan melakukan mandi junub, sangat wajib untuk membaca niat. Niat mandi wajib junub:
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITULGHUSLALIRAF’ILHADATSIL AKBARI MINALJANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar junubfardhu karena Allah SWT.
Tata cara mandi junub ini mengikuti cara mandi wajib yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. Sebab sebagai umat Islam, tentu saja sebisa mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah.
1. Langkah pertama yang dilakukan ketika mandi wajib yaitu, dengan membaca niat terlebih dahulu. Niat ini tidak perlu diucapkan dengan nada yang keras, cukup di dalam hati saja. Kemudian memulainya dengan membasuh kedua tangan terlebih dahulu. Ketika membasuh tangan, gunakanlah air yang mengalir. Bukan air yang berada di bak, dan tangan tidak hanya dicelupkan saja. Kemudian menuangkan air dengan menggunakan tangan kanan ke tangan kiri.
2. Kemudian gunakan air tersebut untuk membasuh daerah kemaluan. Ketika membasuh atau membersihkan daerah kemaluan, usahakan untuk selalu menggunakan tangan sebelah kiri. Cucilah sampai benar-benar bersih, dan setelah itu gosokanlah tangan kiri tersebut ke tanah, tembok, atau lantai sebanyak tiga kali. Selanjutnya cuci sampai benar-benar bersih.
3. Langkah selanjutnya yaitu, berwudhulah seperti biasa seperti wudhu ketika akan melakukan shalat.
4. Ambil air dan guyurkan di bagian pundak kanan, kemudian menuju area kepala dan juga seluruh tubuh. Guyurlah air ke bagian tubuh tersebut masing-masing sebanyak tiga kali. Silang-silangkan air dengan menggunakan jari tangan ke sela-sela rambut kepala, rambut jenggot, rambut kumis, serta bagian tubuh yang lain. Jangan lupa juga pastikan semua bagian tubuh yang tersembunyi seperti sela jari kaki atau tangan, telinga, tumit, serta semua bagian tubuh yang lain.
5. Setelah diyakini bahwa seluruh bagian tubuh sudah terkena air, maka akhiri mandi dengan membasuh kedua telapak tangan hingga mata kaki.
6. Ketika mandi wajib, disunahkan untuk tidak mengeringkan tubuh dengan handuk atau kain apapun. Yang pasti tubuh tetap dalam keadaan basah, dan tidak dikeringkan.
Hal ini dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari:
"Lalu aku sodorkan kain (sebagai pengering) tetapi beliau tidak mengambilnya, lalu beliau pergi dengan mengeringkan air dari badannya dengan tangannya” (HR. Bukhari no. 276).
Berdasarkan hadist ini, para ulama memakruhkan mengeringkan badan setelah mandi.
7. Setelah mandi juga tidak perlu melakukan wudhu lagi. Dan tata cara dilakukan dengan tertib dari awal sampai akhir.
Dari kitab Maratus Sholilah, dijelaskan juga setelah mandi selesai untuk membaca doa seperti doa setelah selesai wudhu.
Bagi seorang wanita maupun pria, ada larangan yang tidak boleh dilakukan sebelum melakukan mandi wajib junub, yaitu:
- Mengerjakan shalat, baik itu shalat wajib maupun sunah
- Membaca Al-Qur’an
- Memegang Al-Qur’an
- Melakukan thawaf, baik itu rukun maupun sunah
- Berdiam diri atau melakukan itikaf di masjid.
Mandi wajib yang dilakukan setelah haid atau menstruasi tentu saja hanya dilakukan untuk kaum wanita. Biasanya dilakukan 7 hari dari hari pertama mengalami menstruasi, atau sampai menstruasi. Dan bila setelah 15 hari menstruasi belum berhenti, maka seorang wanita wajib untuk mandi wajib.Dan bisa melakukan ibadah atau hal yang dilarang ketika sedang menstruasi.
Bacaan doa, tata cara, niat dan cara mandi wajib untuk haid sebenarnya hampir sama dengan mandi wajib untuk junub. Yang membedakannya tentu saja dari niat yang diucapkan.
Hukum mandi setelah haid tentu saja diwajibkan. Hal itu dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 222 yang artinya:
"Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang haid.Katakanlah ‘itu adalah sesuatu yang kotor.’Maka jauhilah istri pada masa haid.Janganlah kalian mendekati mereka sebelum mereka suci.Jika mereka telah suci maka campurilah mereka sesuai (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepada kalian.Allah sejatinya mencintai orang yang bertaubat dan menyucikan diri.” (QS al-Baqarah: 222)
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL HAIDI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar dari haid, fardhu karena Allah ta’ala.
1. Langkah pertama ini sama dengan mandi setelah junub, diawali dengan membaca niat dalam hati. Kemudian membasuh kedua tangan di air yang mengalir, tuang air dengan tangan ke kanan dan taruh di tangan kiri. Gunakan air ini untuk membasuh daerah kemaluan sampai benar-benar bersih. Setelah itu bersihkan tangan yang sudah digunakan dengan cara menggosokkan di tanah, lantai, ataupun tembok sebanyak tiga kali. Dan jangan lupa untuk membersihkan tangan kembali dengan air hingga bersih.
2. Langkah selanjutnya, baca bismillah kemudian lakukan wudhu seperti biasa. Ambil air kemudian guyurkan kebagian kepala sebanyak tiga kali, dan dilanjutkan ke seluruh badan. Pastikan agar semua bagian tubuh sudah terkena air.
Ini sesuai dengan Hadist yang diriwiyatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu:
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.”(HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316).
3. Jangan lupa untuk menggosok semua bagian tubuh, juga bagian tubuh yang tersembunyi seperti bagian dalam telinga, tumit, sela jari tangan dan kaki, serta bagian tubuh yang tersembunyi lainnya.
4. Setelah semua selesai, akhiri dengan membasuh telapak tangan hingga ke bagian kaki. Lalu bacalah doa, doa yang digunakan adalah doa setelah selesai wudhu dengan lengkap. Seperti halnya mandi junub, mandi karena setelah menstruasi juga sebaiknya tidak dikeringkan dengan handuk maupun kain yang lainnya. Biarkan tubuh tetap dalam keadaan basah setelah selesai mandi wajib.
Banyak orang yang bertanya, apakah perlu melakukan wudhu? Menurut para ulama, hal itu tidak perlu dilakukan. Hal ini sesuai dengan hadist berikut ini:
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam tidak berwudhu setelah selesai mandi.” (HR. Tirmidzi no. 107, AnNasai no. 252, Ibnu Majah no. 579, Ahmad 6/68. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Serta riwayat dari Ibnu Umar:
Beliau ditanya mengenai wudhu setelah mandi.Lalu beliau menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?” (HR. Ibnu AbiSyaibah secara marfu’ dan mauquf)
Mandi wajib karena haid maupun mandi wajib karena nifas atau wiladah, juga disarankan dengan menggunakan sabun yang digunakan untuk membasuh di area tertentu. Ini agar tubuh benar-benar bersih dari darah yang bisa saja sulit dibersihkan bila tidak menggunakan sabun. Tetapi untuk mandi wajib junub, tidak perlu menggunakan sabun yang penting seluruh bagian tubuh bisa terkena air ketika melakukan mandi ini.
Bagi seorang wanita yang belum melakukan mandi wajib setelah haid, maka tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan suami istri atau jima. Sebab jima atau hubungan suami istri, selayaknya dilakukan setelah seorang istri dalam keadaan suci atau setelah melakukan mandi wajib. Dengan begitu, mandi wajib setelah haid tentu saja menjadi kewajiban bagi seorang istri bila ingin melakukan hubungan dengan suaminya.
Dalam hadits riwayat al-Bukhariy, Aisyah -radhiyallahu ‘anha- mengisahkan:
“FathimahbintuAbiHubaisy menanyakan nabi shallallahualaihiwasallam: ‘aku mengalami istihadhah sehingga aku tak pernah suci. Apakah aku meninggalkan shalat?’Rasulullahshallallahualaihiwasallam menjawab: ‘tidak. Itu adalah darah penyakit.Bahkan tinggalkan shalat sebanyak hari-hari dimana engkau mengalami haid.Lalu mandi dan shalatlah.'” (HR al-Bukhariy)
Seorang wanita yang sedang menstruasi atau belum mandi wajib setelah dia menstruasi, maka dilarang melakukan hal-hal berikut ini yaitu:
- Membawa dan juga memegang Al-Qur’an
- Melakukan shalat
- Berdiam diri di masjid atau mushola, karena tempat-tempat tersebut adalah tempat yang suci untuk beribadah
- Melakukan hubungan suami istri, karena lebih kepada darah yang dikeluarkan oleh wanita adalah darah kotor. Dan juga agar terhindar dari berbagai macam penyakit, sebab ketika sedang mengalami menstruasi biasanya rahim seorang wanita lebih sensitive dan bisa saja terjadi infeksi bila melakukan jima.
- Melakukan thawaf baik itu thawaf karena rukun haji maupun sunah.
- Melakukan puasa, baik itu puasa wajib maupun puasa sunah
- Bersenang-senang antara pusat perut dan juga lutut
Ketika melakukan mandi wajib karena haid, ada beberapa ulama yang berselisih paham apakah wanita yang mengucir atau mengepang rambut harus melepas atau tidak.
Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim berkata, “Yang kuat dalam dalil adalah tidak wajib melepas ikatan rambut ketika mandi haid sebagaimana tidak wajib melepasnya ketika mandi janabah…
Asy-Syaikh Mushthafa al-‘Adawi menyatakan, “Termasuk perkara yang disunnahkan saja untuk wanita melepas ikatan rambutnya ketika mandi haid, dan hal ini tidaklah wajib dan ini merupakan pendapat mayoritas ahli fikih.Al-Imam asy-Syafi’i –rahimahullah-dalam al-Umm (1-227) mengatakan, ‘Apabila seorang wanita memiliki rambut yang diikat maka tidak wajib baginya untuk melepas ikatan tersebut ketika mandi janabah. Dan mandinya dari haid sama dengan mandinya dari janabah, tidaklah berbeda.
’Kemudian asy-Syaikh Mushthafa menyimpulkan, “Hendaklah seorang wanita memastikan sampainya air ke pokok-pokok rambutnya tatkala ia mandi haid, sama saja apakah dia dapat memastikan dengan melepas ikatan rambut atau tanpa melepasnya. Apabila tidak dapat dipastikan sampainya air ke pokok rambut kecuali dengan melepas ikatannya, maka hendaklah ia melepaskannya -tapi bukan karena melepas ikatan rambut itu hukumnya wajib- hanya saja hal itu dilakukan agar air sampai ke pokok-pokok rambut.
Al-Imam ash-Shan’ani dan al-Imam asy-Syaukani keduanya menyebutkan tidak wajibnya melepas ikatan rambut bagi wanita ketika mandi wajib.
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBARI MINAL WILADATI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah, aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar karena melahirkan fardhu karena Allah Ta’ala.
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBARI MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah, aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar nifas fardhu karena Allah Ta’ala.
1. Membaca niat terlebih dahulu, kemudian membasuh kedua tangan. Ambil air dari tangan kanan dan taruh ditangan kiri. Gunakan air ini untuk membasuh area kewanitaan sampai bersih. Gosokkan tangan sebanyak tiga kali ke tembok, lantai, maupun tanah dan bersihkan kembali dengan menggunakan air.
2. Bacalah basmallah, dan dilanjutkan dengan melakukan wudhu dengan benar seperti ketika akan melakukan shalat.
3. Ambil air dan guyurlah ke bagian kepala sebanyak tiga kali, dan lanjut dengan mengguyur keseluruh badan. Gosoklah seluruh bagian badan dengan menggunakan sabun, pastikan semua bagian tubuh digosok hingga bagian yang tersembunyi sekalipun.
4. Guyur lagi tubuh hingga bersih dari sabun dan juga kotoran. Terakhir basuh kedua telapak tangan hingga ke bagian kaki. Setelah selesai bacalah doa seperti doa ketika selesai berwudhu.
5. Seperti halnya mandi wajib yang lain, mandi wajib karena nifas dan wiladah tubuh juga tidak perlu dikeringkan dengan kain maupun handuk.
Seseorang yang sedang nifas atau setelah melahirkan biasanya juga dilarang melakukan ibadah wajib maupun sunah. Dan boleh melakukan ibadah-ibadah wajib dan sunah apabila telah selesai masa nifas dan melakukan mandi wajib.
Hal ini berdasar pada hadist dari Ummu Salamah r.a.Ummu Salamah r.a berkata “Kaum wanita yang nifas tidak shalat pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama empat puluh hari.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi.Hadits hasan shahih).
Mandi wajib berikut ini juga wajib dilakukan, tetapi meninggal yang dimaksud ini adalah meninggal yang bukan karena mati syahid. Yang dimaksud mandi wajib di sini adalah ditujukan bagi orang yang masih hidup, orang yang masih hidup tentu saja mempunyai kewajiban untuk memandikan orang yang sudah meningal. Dan bagi yang tidak melaksanakannya termasuk ke dalam perbuatan yang berdosa.
Hukum memandikan ini menurut para ulama adalah fardhu kifayah, artinya jika sebagian orang sudah melakukannya, maka yang lain gugur kewajibannya.
Dalil mengenai kewajiban memandikan orang yang sudah meninggal salah satunya adalah perintah Nabi Muhammad SAW, kepada Umu ‘Athiyah dan kepada para wanita yang melayat untuk memandikan anaknya.
"Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kafur barus (wewangian).” (HR. Bukhari no. 1253 dan Muslim no. 939).
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rosululloh bersabda mengenai seseorang yang jatuh dari kendaraannya, kemudian meninggal.”Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (HR. Bukhari 1186 dan Muslim 2092)
Jika dahulu memandikan jenasah menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara, maka sekarang menggunakan air yang dicampur dengan sabun.
1. Seseorang yang ingin memandikan jenasah, hendaknya dalam keadaan suci. Yaitu dengan berwudhu terlebih dahulu. Dan bila jenasahnya wanita, maka yang harus memandikan tentu saja seorang wanita. Bila jenasah laki-laki, tentu saja yang harus memandikan adalah seorang laki-laki juga.
2. Jenasah atau orang yang sudah meninggal, diletakkan di tempat yang tinggi bisa dipan atau balai. Ini agar jenasah tidak terkena cipratan air yang sudah digunakan untuk membasuh seluruh tubuh. Usahakan agar jenasah menghadap ke kiblat, dengan posisi tidur terlentang, dan bagian tengkuk di angkat sedikit agar air dapat mengalir.
3. Mandikan jenasah di tempat yang tertutup, dan jenasah dilapisi dengan kain tipis ini agar aurat atau sesuatu yang buruk dalam diri jenasah tidak diketahui oleh orang lain.
Ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh AisyahR.A, ia berkata: Ketika para sahabat ingin memandikan jenazah Rasulullah saw, mereka berbeda pendapat. Mereka berkata: “Kami tidak tahu apakah kami membuka pakaiannya?”.Ketika mereka sedang berselisih pendapat, Allah telah menidurkan mereka. Kemudian berkata seseorang dari sebelah rumah dan mereka tidak mengetahui siapa dia, dia berkata: Mandikanlah Nabi dengan berpakaian. (HR Bukhari Muslim)
Jika melihat sesuatu yang baik pada diri jenasah ketika memandikan boleh dibicarakan, tetapi sebaliknya jika melihat sesuatu yang buruk sebaiknya hal itu ditutupi karena termasuk ke dalam ghibah.
4. Gunakan air yang dingin dan dicampur dengan bidara atau sabun. Tekan perut jenasah dengan tangan kiri, atau bisa juga dengan cara didudukkan. Ini agar kotoran yang ada dalam perut bisa keluar, dan tentu saja agar kotoran tidak keluar setelah dimandikan.
5. Wudhukan jenasah lengkap seperti wudhu ketika akan melakukan shalat. Perlu diperhatikan, ketika berkumur usahakan jangan sampai air masuk ke dalam, caranya dengan agak mengangkat kepala jenasah sedikit.Kemudan basuh kepala dan jenggot dengan cara disisir perlahan, jika ada rambut yang rontok sebaiknya diambil dan masukkan ke kafan.
6. Basuh seluruh anggota badan yang lain. Jangan sampai ada bagian tubuh yang terlewat ketika memandikan. Pada basuhan yang kedua, gunakan air biasa tanpa campuran apapun sebagai air pembilas. Basuh sebanyak tiga kali dari kepala sampai dengan bagian kaki. Dan pada basuhan ketiga, gunakan air yang sudah dicampur dengan kapur barus. Basuh juga dari bagian kepala hingga kaki juga sebanyak tiga kali basuhan.
Ini sesuai dengan hadist diriwayatkan dari Ummu ‘Athiy yahra Nabi menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan putrinya (zainab), lalu beliau bersabda: Mandikanlah dia tiga kali, limakali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka pergunakan air dan daun bidara.
(Ummu’Athiyyah mengatakan, maka kukatakan : Dengan ganjil? Beliau menjawab: Ya). Dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kapur atau sedikit darinya. Dan jika kalian sudah selesai memandikannya, beritahu aku. Setelah selesai memandikan kami pun memberitahu beliau. Maka beliau melemparkan kain kepada kami seraya bersabda: pakaikanlah ini sebagai penutup tubuhnya. (Ummu ‘Athiyyah berkata: dan kami menyisirnya menjadi 3 kepang).
(dan dalam sebuah riwayat disebutkan: maka kami menguraikan rambutnya dan kemudian membasuhnya). (Maka kami mengurai rambutnya menjadi 3 kepang: bagian atas dan ubun-ubunnya, dan meletakkan dibelakangnya). Ia berkata: Beliau bersabda: mulailah dengan anggota tubuhnya yang kanan serta anggota-anggota wudhunya.”. (HR. Bukhari Muslim)
7. Setelah selesai, keringkan tubuh dengan menggunakan handuk sampai benar-benar kering dan bersih.
Wallahu a’lam
Baca Juga :
Tata Cara Sholat Tahajud dan Bacaan Doa Sholat Tahajud Lengkap
Tata Cara Shalat Istikharah, Bacaan Doa dan Niat Serta Keutamaan Shalat Istikharah
Tata Cara Sholat Hajat, Bacaan Doa dan Niat Serta Keutamaan Sholat Hajat
Niat Sholat Tahajud, Tata Cara Dan Keutamaannya
Demikian informasi mengenai doa mandi wajib lengkap dengan niat dan tata cara mempraktekkannya. Semoga pembaca semua bisa memperoleh manfaat tentang mandi wajib, keutamaan doa, membaca niat, mandi wajib secara umum, bacaan lafaz doa niat mandi wajib baik karena mimpi basah, keluar mani ataupun bersetubuh, bacaan doa niat mandi wajib karena haid (menstruasi), bacaan doa niat mandi wajib karena nifas. Karena itu merupakan kewajiban sebagai seorang muslim yang taat akan aturan Allah SWT. Dan sebagai seorang muslim, hendaknya mematuhi aturan dan menjauhi larangannya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa mandi wajib identik dengan mandi junub atau mandi yang dilakukan setelah berhubungan suami istri. Padahal untuk diketahui bahwa mandi ini tidak hanya mandi junub saja, tetapi juga setelah haid/menstrusi, setelah melahirkan/nifas, dan meninggal dunia.
Bacaan doa mandi wajib dan tata caranya tentu saja berbeda antara mandi junub, haid, nifas, dan meninggal dunia. Perbedaan yang paling jelas tentu saja pada niatnya, dan pada tata cara mandi wajib untuk orang yang meninggal.
Sebab mandi wajib antara lain bersetubuh, keluar air mani walaupun itu sedikit, keluar haid atau menstruasi bagi seorang wanita, wiladah atau melahirkan anak, nifas, dan meninggal tetapi meninggal bukan karena syahid atau meninggal bukan karena melakukan perang.
multiscreensite.com |
A. Rukun Mandi Wajib :
1. Niat
Rukun mandi wajib yang pertama adalah niat.Niat ini sangat penting untuk dilakukan, dan sebaiknya ketika membaca niat cukup dalam hati.Dan niat ini duicapkan dengan sungguh-sungguh, hanya untuk Allah SWT. Adapaun niat mandi wajib biasanya berbeda-beda, tergantung dari mandi wajib apa yang akan dilakukan.
2. Menghilangkan najis yang ada di badan, baik yang terlihat (‘ayni) maupun yang tidak terlihat (hukmi).
3. Mengguyurkan air keseluruh anggota badan, dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Berikut pembahasan lengkap mengenai bacaan doa, tata cara, niat dan juga cara mandi wajib untuk masing-masing sebab-sebab yang menyebabkan seseorang diwajibkan mandi wajib.
B. Mandi Wajib Karena Berhubungan Suami Istri/Bersetubuh
Mandi wajib karena junub wajib dilakukan segera setelah selesai melakukan hubungan suami istri. Dan mandi ini wajib dilakukan walaupun tidak keluarnya air mani dari seorang pria.
Ini dikuatkan dengan Hadist dari AisyahR.A:
“ Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya namun tidak sampai keluar air mani. Apakah keduanya wajib mandi? Sedangkan Aisyah ketika itu sedang duduk di samping, maka Rasulullah SAW bersabda, “ Aku sendiri pernah bersetubuh dengan wanita ini (yang dimaksud adalah Aisyah) namun tidak keluar mani,kemudian kami pun mandi.” (HR. Muslim:350)
Doa Niat Mandi Wajib Karena Berhubungan Suami Istri/Bersetubuh
Ketika akan melakukan mandi junub, sangat wajib untuk membaca niat. Niat mandi wajib junub:
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITULGHUSLALIRAF’ILHADATSIL AKBARI MINALJANABATI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar junubfardhu karena Allah SWT.
Tata Cara Mandi Wajib Karena Berhubungan Suami Istri/Bersetubuh
Tata cara mandi junub ini mengikuti cara mandi wajib yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW. Sebab sebagai umat Islam, tentu saja sebisa mengikuti apa yang dilakukan oleh Rasulullah.
1. Langkah pertama yang dilakukan ketika mandi wajib yaitu, dengan membaca niat terlebih dahulu. Niat ini tidak perlu diucapkan dengan nada yang keras, cukup di dalam hati saja. Kemudian memulainya dengan membasuh kedua tangan terlebih dahulu. Ketika membasuh tangan, gunakanlah air yang mengalir. Bukan air yang berada di bak, dan tangan tidak hanya dicelupkan saja. Kemudian menuangkan air dengan menggunakan tangan kanan ke tangan kiri.
2. Kemudian gunakan air tersebut untuk membasuh daerah kemaluan. Ketika membasuh atau membersihkan daerah kemaluan, usahakan untuk selalu menggunakan tangan sebelah kiri. Cucilah sampai benar-benar bersih, dan setelah itu gosokanlah tangan kiri tersebut ke tanah, tembok, atau lantai sebanyak tiga kali. Selanjutnya cuci sampai benar-benar bersih.
3. Langkah selanjutnya yaitu, berwudhulah seperti biasa seperti wudhu ketika akan melakukan shalat.
4. Ambil air dan guyurkan di bagian pundak kanan, kemudian menuju area kepala dan juga seluruh tubuh. Guyurlah air ke bagian tubuh tersebut masing-masing sebanyak tiga kali. Silang-silangkan air dengan menggunakan jari tangan ke sela-sela rambut kepala, rambut jenggot, rambut kumis, serta bagian tubuh yang lain. Jangan lupa juga pastikan semua bagian tubuh yang tersembunyi seperti sela jari kaki atau tangan, telinga, tumit, serta semua bagian tubuh yang lain.
5. Setelah diyakini bahwa seluruh bagian tubuh sudah terkena air, maka akhiri mandi dengan membasuh kedua telapak tangan hingga mata kaki.
6. Ketika mandi wajib, disunahkan untuk tidak mengeringkan tubuh dengan handuk atau kain apapun. Yang pasti tubuh tetap dalam keadaan basah, dan tidak dikeringkan.
Hal ini dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari:
"Lalu aku sodorkan kain (sebagai pengering) tetapi beliau tidak mengambilnya, lalu beliau pergi dengan mengeringkan air dari badannya dengan tangannya” (HR. Bukhari no. 276).
Berdasarkan hadist ini, para ulama memakruhkan mengeringkan badan setelah mandi.
7. Setelah mandi juga tidak perlu melakukan wudhu lagi. Dan tata cara dilakukan dengan tertib dari awal sampai akhir.
Dari kitab Maratus Sholilah, dijelaskan juga setelah mandi selesai untuk membaca doa seperti doa setelah selesai wudhu.
Bagi seorang wanita maupun pria, ada larangan yang tidak boleh dilakukan sebelum melakukan mandi wajib junub, yaitu:
- Mengerjakan shalat, baik itu shalat wajib maupun sunah
- Membaca Al-Qur’an
- Memegang Al-Qur’an
- Melakukan thawaf, baik itu rukun maupun sunah
- Berdiam diri atau melakukan itikaf di masjid.
C. Mandi Wajib Setelah Haid/Menstruasi
Mandi wajib yang dilakukan setelah haid atau menstruasi tentu saja hanya dilakukan untuk kaum wanita. Biasanya dilakukan 7 hari dari hari pertama mengalami menstruasi, atau sampai menstruasi. Dan bila setelah 15 hari menstruasi belum berhenti, maka seorang wanita wajib untuk mandi wajib.Dan bisa melakukan ibadah atau hal yang dilarang ketika sedang menstruasi.
Bacaan doa, tata cara, niat dan cara mandi wajib untuk haid sebenarnya hampir sama dengan mandi wajib untuk junub. Yang membedakannya tentu saja dari niat yang diucapkan.
Hukum mandi setelah haid tentu saja diwajibkan. Hal itu dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 222 yang artinya:
"Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang haid.Katakanlah ‘itu adalah sesuatu yang kotor.’Maka jauhilah istri pada masa haid.Janganlah kalian mendekati mereka sebelum mereka suci.Jika mereka telah suci maka campurilah mereka sesuai (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepada kalian.Allah sejatinya mencintai orang yang bertaubat dan menyucikan diri.” (QS al-Baqarah: 222)
Doa Niat Mandi Wajib Setelah Haid/Menstruasi
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBAR MINAL HAIDI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar dari haid, fardhu karena Allah ta’ala.
Tata Cara Mandi Wajib Setelah Haid atau Menstruasi
pakdinrasa.blogspot.com |
1. Langkah pertama ini sama dengan mandi setelah junub, diawali dengan membaca niat dalam hati. Kemudian membasuh kedua tangan di air yang mengalir, tuang air dengan tangan ke kanan dan taruh di tangan kiri. Gunakan air ini untuk membasuh daerah kemaluan sampai benar-benar bersih. Setelah itu bersihkan tangan yang sudah digunakan dengan cara menggosokkan di tanah, lantai, ataupun tembok sebanyak tiga kali. Dan jangan lupa untuk membersihkan tangan kembali dengan air hingga bersih.
2. Langkah selanjutnya, baca bismillah kemudian lakukan wudhu seperti biasa. Ambil air kemudian guyurkan kebagian kepala sebanyak tiga kali, dan dilanjutkan ke seluruh badan. Pastikan agar semua bagian tubuh sudah terkena air.
Ini sesuai dengan Hadist yang diriwiyatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu:
Dari ‘Aisyah, isteri Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya. Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat.Lalu beliau memasukkan jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.”(HR. Bukhari no. 248 dan Muslim no. 316).
3. Jangan lupa untuk menggosok semua bagian tubuh, juga bagian tubuh yang tersembunyi seperti bagian dalam telinga, tumit, sela jari tangan dan kaki, serta bagian tubuh yang tersembunyi lainnya.
4. Setelah semua selesai, akhiri dengan membasuh telapak tangan hingga ke bagian kaki. Lalu bacalah doa, doa yang digunakan adalah doa setelah selesai wudhu dengan lengkap. Seperti halnya mandi junub, mandi karena setelah menstruasi juga sebaiknya tidak dikeringkan dengan handuk maupun kain yang lainnya. Biarkan tubuh tetap dalam keadaan basah setelah selesai mandi wajib.
Banyak orang yang bertanya, apakah perlu melakukan wudhu? Menurut para ulama, hal itu tidak perlu dilakukan. Hal ini sesuai dengan hadist berikut ini:
Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam tidak berwudhu setelah selesai mandi.” (HR. Tirmidzi no. 107, AnNasai no. 252, Ibnu Majah no. 579, Ahmad 6/68. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Serta riwayat dari Ibnu Umar:
Beliau ditanya mengenai wudhu setelah mandi.Lalu beliau menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?” (HR. Ibnu AbiSyaibah secara marfu’ dan mauquf)
Mandi wajib karena haid maupun mandi wajib karena nifas atau wiladah, juga disarankan dengan menggunakan sabun yang digunakan untuk membasuh di area tertentu. Ini agar tubuh benar-benar bersih dari darah yang bisa saja sulit dibersihkan bila tidak menggunakan sabun. Tetapi untuk mandi wajib junub, tidak perlu menggunakan sabun yang penting seluruh bagian tubuh bisa terkena air ketika melakukan mandi ini.
Bagi seorang wanita yang belum melakukan mandi wajib setelah haid, maka tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan suami istri atau jima. Sebab jima atau hubungan suami istri, selayaknya dilakukan setelah seorang istri dalam keadaan suci atau setelah melakukan mandi wajib. Dengan begitu, mandi wajib setelah haid tentu saja menjadi kewajiban bagi seorang istri bila ingin melakukan hubungan dengan suaminya.
Dalam hadits riwayat al-Bukhariy, Aisyah -radhiyallahu ‘anha- mengisahkan:
“FathimahbintuAbiHubaisy menanyakan nabi shallallahualaihiwasallam: ‘aku mengalami istihadhah sehingga aku tak pernah suci. Apakah aku meninggalkan shalat?’Rasulullahshallallahualaihiwasallam menjawab: ‘tidak. Itu adalah darah penyakit.Bahkan tinggalkan shalat sebanyak hari-hari dimana engkau mengalami haid.Lalu mandi dan shalatlah.'” (HR al-Bukhariy)
Seorang wanita yang sedang menstruasi atau belum mandi wajib setelah dia menstruasi, maka dilarang melakukan hal-hal berikut ini yaitu:
- Membawa dan juga memegang Al-Qur’an
- Melakukan shalat
- Berdiam diri di masjid atau mushola, karena tempat-tempat tersebut adalah tempat yang suci untuk beribadah
- Melakukan hubungan suami istri, karena lebih kepada darah yang dikeluarkan oleh wanita adalah darah kotor. Dan juga agar terhindar dari berbagai macam penyakit, sebab ketika sedang mengalami menstruasi biasanya rahim seorang wanita lebih sensitive dan bisa saja terjadi infeksi bila melakukan jima.
- Melakukan thawaf baik itu thawaf karena rukun haji maupun sunah.
- Melakukan puasa, baik itu puasa wajib maupun puasa sunah
- Bersenang-senang antara pusat perut dan juga lutut
Ketika melakukan mandi wajib karena haid, ada beberapa ulama yang berselisih paham apakah wanita yang mengucir atau mengepang rambut harus melepas atau tidak.
Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim berkata, “Yang kuat dalam dalil adalah tidak wajib melepas ikatan rambut ketika mandi haid sebagaimana tidak wajib melepasnya ketika mandi janabah…
Asy-Syaikh Mushthafa al-‘Adawi menyatakan, “Termasuk perkara yang disunnahkan saja untuk wanita melepas ikatan rambutnya ketika mandi haid, dan hal ini tidaklah wajib dan ini merupakan pendapat mayoritas ahli fikih.Al-Imam asy-Syafi’i –rahimahullah-dalam al-Umm (1-227) mengatakan, ‘Apabila seorang wanita memiliki rambut yang diikat maka tidak wajib baginya untuk melepas ikatan tersebut ketika mandi janabah. Dan mandinya dari haid sama dengan mandinya dari janabah, tidaklah berbeda.
’Kemudian asy-Syaikh Mushthafa menyimpulkan, “Hendaklah seorang wanita memastikan sampainya air ke pokok-pokok rambutnya tatkala ia mandi haid, sama saja apakah dia dapat memastikan dengan melepas ikatan rambut atau tanpa melepasnya. Apabila tidak dapat dipastikan sampainya air ke pokok rambut kecuali dengan melepas ikatannya, maka hendaklah ia melepaskannya -tapi bukan karena melepas ikatan rambut itu hukumnya wajib- hanya saja hal itu dilakukan agar air sampai ke pokok-pokok rambut.
Al-Imam ash-Shan’ani dan al-Imam asy-Syaukani keduanya menyebutkan tidak wajibnya melepas ikatan rambut bagi wanita ketika mandi wajib.
D. Mandi Wajib Setelah Nifas
menghafalalquranyuk.blogspot.co.id |
Mandi wajib yang dikarenakan nifas biasanya juga dilakukan oleh seorang wanita. Biasanya ini dilakukan 40 hari setelah melahirkan. Sebenarnya ada juga mandi wiladah, mandi ini dilakukan setelah melahirkan. Adapun niat untuk mandi wajib karena wiladah dan nifas tentu saja berbeda.
Doa Niat mandi wajib setelah wiladah atau setelah melahirkan
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBARI MINAL WILADATI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah, aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar karena melahirkan fardhu karena Allah Ta’ala.
Doa Niat mandi wajib setelah nifas atau 40 hari setelah melahirkan
BISMILLAHIRAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAF’IL HADATSIL AKBARI MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TA’ALA
Artinya: Dengan menyebut asma Allah, aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar nifas fardhu karena Allah Ta’ala.
Tata Cara mandi wajib setelah wiladah dan nifas
1. Membaca niat terlebih dahulu, kemudian membasuh kedua tangan. Ambil air dari tangan kanan dan taruh ditangan kiri. Gunakan air ini untuk membasuh area kewanitaan sampai bersih. Gosokkan tangan sebanyak tiga kali ke tembok, lantai, maupun tanah dan bersihkan kembali dengan menggunakan air.
2. Bacalah basmallah, dan dilanjutkan dengan melakukan wudhu dengan benar seperti ketika akan melakukan shalat.
3. Ambil air dan guyurlah ke bagian kepala sebanyak tiga kali, dan lanjut dengan mengguyur keseluruh badan. Gosoklah seluruh bagian badan dengan menggunakan sabun, pastikan semua bagian tubuh digosok hingga bagian yang tersembunyi sekalipun.
4. Guyur lagi tubuh hingga bersih dari sabun dan juga kotoran. Terakhir basuh kedua telapak tangan hingga ke bagian kaki. Setelah selesai bacalah doa seperti doa ketika selesai berwudhu.
5. Seperti halnya mandi wajib yang lain, mandi wajib karena nifas dan wiladah tubuh juga tidak perlu dikeringkan dengan kain maupun handuk.
Seseorang yang sedang nifas atau setelah melahirkan biasanya juga dilarang melakukan ibadah wajib maupun sunah. Dan boleh melakukan ibadah-ibadah wajib dan sunah apabila telah selesai masa nifas dan melakukan mandi wajib.
Hal ini berdasar pada hadist dari Ummu Salamah r.a.Ummu Salamah r.a berkata “Kaum wanita yang nifas tidak shalat pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama empat puluh hari.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi.Hadits hasan shahih).
E. Mandi wajib karena meninggal
Mandi wajib berikut ini juga wajib dilakukan, tetapi meninggal yang dimaksud ini adalah meninggal yang bukan karena mati syahid. Yang dimaksud mandi wajib di sini adalah ditujukan bagi orang yang masih hidup, orang yang masih hidup tentu saja mempunyai kewajiban untuk memandikan orang yang sudah meningal. Dan bagi yang tidak melaksanakannya termasuk ke dalam perbuatan yang berdosa.
Hukum memandikan ini menurut para ulama adalah fardhu kifayah, artinya jika sebagian orang sudah melakukannya, maka yang lain gugur kewajibannya.
Dalil mengenai kewajiban memandikan orang yang sudah meninggal salah satunya adalah perintah Nabi Muhammad SAW, kepada Umu ‘Athiyah dan kepada para wanita yang melayat untuk memandikan anaknya.
"Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kafur barus (wewangian).” (HR. Bukhari no. 1253 dan Muslim no. 939).
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rosululloh bersabda mengenai seseorang yang jatuh dari kendaraannya, kemudian meninggal.”Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (HR. Bukhari 1186 dan Muslim 2092)
Jika dahulu memandikan jenasah menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara, maka sekarang menggunakan air yang dicampur dengan sabun.
Tata cara mandi wajib untuk orang yang sudah meninggal :
1. Seseorang yang ingin memandikan jenasah, hendaknya dalam keadaan suci. Yaitu dengan berwudhu terlebih dahulu. Dan bila jenasahnya wanita, maka yang harus memandikan tentu saja seorang wanita. Bila jenasah laki-laki, tentu saja yang harus memandikan adalah seorang laki-laki juga.
2. Jenasah atau orang yang sudah meninggal, diletakkan di tempat yang tinggi bisa dipan atau balai. Ini agar jenasah tidak terkena cipratan air yang sudah digunakan untuk membasuh seluruh tubuh. Usahakan agar jenasah menghadap ke kiblat, dengan posisi tidur terlentang, dan bagian tengkuk di angkat sedikit agar air dapat mengalir.
3. Mandikan jenasah di tempat yang tertutup, dan jenasah dilapisi dengan kain tipis ini agar aurat atau sesuatu yang buruk dalam diri jenasah tidak diketahui oleh orang lain.
Ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh AisyahR.A, ia berkata: Ketika para sahabat ingin memandikan jenazah Rasulullah saw, mereka berbeda pendapat. Mereka berkata: “Kami tidak tahu apakah kami membuka pakaiannya?”.Ketika mereka sedang berselisih pendapat, Allah telah menidurkan mereka. Kemudian berkata seseorang dari sebelah rumah dan mereka tidak mengetahui siapa dia, dia berkata: Mandikanlah Nabi dengan berpakaian. (HR Bukhari Muslim)
Jika melihat sesuatu yang baik pada diri jenasah ketika memandikan boleh dibicarakan, tetapi sebaliknya jika melihat sesuatu yang buruk sebaiknya hal itu ditutupi karena termasuk ke dalam ghibah.
4. Gunakan air yang dingin dan dicampur dengan bidara atau sabun. Tekan perut jenasah dengan tangan kiri, atau bisa juga dengan cara didudukkan. Ini agar kotoran yang ada dalam perut bisa keluar, dan tentu saja agar kotoran tidak keluar setelah dimandikan.
5. Wudhukan jenasah lengkap seperti wudhu ketika akan melakukan shalat. Perlu diperhatikan, ketika berkumur usahakan jangan sampai air masuk ke dalam, caranya dengan agak mengangkat kepala jenasah sedikit.Kemudan basuh kepala dan jenggot dengan cara disisir perlahan, jika ada rambut yang rontok sebaiknya diambil dan masukkan ke kafan.
6. Basuh seluruh anggota badan yang lain. Jangan sampai ada bagian tubuh yang terlewat ketika memandikan. Pada basuhan yang kedua, gunakan air biasa tanpa campuran apapun sebagai air pembilas. Basuh sebanyak tiga kali dari kepala sampai dengan bagian kaki. Dan pada basuhan ketiga, gunakan air yang sudah dicampur dengan kapur barus. Basuh juga dari bagian kepala hingga kaki juga sebanyak tiga kali basuhan.
Ini sesuai dengan hadist diriwayatkan dari Ummu ‘Athiy yahra Nabi menemui kami sedangkan kami kala itu tengah memandikan putrinya (zainab), lalu beliau bersabda: Mandikanlah dia tiga kali, limakali, atau lebih dari itu. Jika kalian memandang perlu, maka pergunakan air dan daun bidara.
(Ummu’Athiyyah mengatakan, maka kukatakan : Dengan ganjil? Beliau menjawab: Ya). Dan buatlah di akhir mandinya itu tumbuhan kapur atau sedikit darinya. Dan jika kalian sudah selesai memandikannya, beritahu aku. Setelah selesai memandikan kami pun memberitahu beliau. Maka beliau melemparkan kain kepada kami seraya bersabda: pakaikanlah ini sebagai penutup tubuhnya. (Ummu ‘Athiyyah berkata: dan kami menyisirnya menjadi 3 kepang).
(dan dalam sebuah riwayat disebutkan: maka kami menguraikan rambutnya dan kemudian membasuhnya). (Maka kami mengurai rambutnya menjadi 3 kepang: bagian atas dan ubun-ubunnya, dan meletakkan dibelakangnya). Ia berkata: Beliau bersabda: mulailah dengan anggota tubuhnya yang kanan serta anggota-anggota wudhunya.”. (HR. Bukhari Muslim)
7. Setelah selesai, keringkan tubuh dengan menggunakan handuk sampai benar-benar kering dan bersih.
Wallahu a’lam
Baca Juga :
Tata Cara Sholat Tahajud dan Bacaan Doa Sholat Tahajud Lengkap
Tata Cara Shalat Istikharah, Bacaan Doa dan Niat Serta Keutamaan Shalat Istikharah
Tata Cara Sholat Hajat, Bacaan Doa dan Niat Serta Keutamaan Sholat Hajat
Niat Sholat Tahajud, Tata Cara Dan Keutamaannya
Demikian informasi mengenai doa mandi wajib lengkap dengan niat dan tata cara mempraktekkannya. Semoga pembaca semua bisa memperoleh manfaat tentang mandi wajib, keutamaan doa, membaca niat, mandi wajib secara umum, bacaan lafaz doa niat mandi wajib baik karena mimpi basah, keluar mani ataupun bersetubuh, bacaan doa niat mandi wajib karena haid (menstruasi), bacaan doa niat mandi wajib karena nifas. Karena itu merupakan kewajiban sebagai seorang muslim yang taat akan aturan Allah SWT. Dan sebagai seorang muslim, hendaknya mematuhi aturan dan menjauhi larangannya.
Alhamdllh... Bertambah ilmu yg sangat bermanfa'at.. Amin
ReplyDelete