Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Daftar isi [ Tampil ]

Lokasi  Kerajaan sriwijaya


Kerajaan sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim yang bercorak budha yang berdiri di pulau sumatra dan banyak memberi pengaruh di nusantara. Wilayah kekuasaannya membentang dari kamboja, thailand bagian selatan, semenanjung malaya, sumatra, jawa dan sebagian pesisir pulau kalimantan. Meskipun kerajaan di kenal kuat secara ekonomi dan militernya, tetapi tidak ada bukti yang secara persis menunjukan letak persis kerajaan ini di pulau sumatra.

Sumber sejarah kerajaan sriwijaya


Berdasarkan beberapa temuan sumber tertulis serta berita dari cina dan arab, kerajaan sriwijaya diperkirakan berdiri sekitar abad ke 7 M. Seorang pendeta tiongkok yang bernama I Tsing yang melakukan persinggahan di pulau sumatra dalam perjalanan studinya di nalanda india  pada tahun 671 dan tahun 675, melaporkan bahwa kerajaan sriwijaya menjadi pusat atau tempat belajar agama budha, ia juga memberitakan jika terdapat sekitar 1000 orang pendeta yang belajar agama budha pada pendeta terkenal di sriwijaya yang bernama Sakyakirti.
Sejarah Kerajaan Sriwijaya
peninggalan kerajaan sriwijaya
Dari berita arab diketahui jika banyak pedagang dari arab yang melakukan kegiatan dagang di kerajaan ini. Bahkan dipusat kerajaan ditemukan perkampungan-perkampungan sementara orang dari arab. Sumber dan bukti tertulis lainnya adalah prasasti, seperti prasasti kota kapur, prasasti kedukan bukit, prasasti talang tuo, prasasti telaga batu, prasasti karang berahi dan prasasti ligor. Dari semua prasasti tersebut prasasti yang paling tua adalah prasasti kota kapur yang ditemukan di pulau bangka yang berangka tahun 686 M. Dari prasasti ini kata "sriwijaya" pertama kali di kenal. Di dalam prasasti ini tertulis "bumi jawa tidak mau tunduk pada sriwijaya" Kata bumi jawa di sini yang di maksud adalah kerajaan tarumanegara.

Kondisi sosial dan politik kerajaan sriwijaya


Pada prasasti ligor (775 M), disebutkan raja sriwijaya yang bernama dharmasetu mendirikan pelabuhan di semenanjung malaya di dekat ligor, ia juga membangun beberapa bangunan suci bagi agama budha.

Masyarakat sriwijaya sebagaian besar hidup dari perdagangan dan pelayaran, Karena letaknya yang strategis yaitu di jalur perdagangan antara india dan cina menjadikan sriwijaya berkembang menjadi sebuah kerajaan maritim yang penting di pulau sumatra serta menjadi pengendali jalur perdagangan antara india dengan tiongkok.

Hasil bumi yang diperdagangkan adalah kemenyan, lada, damar, penyu, dan barang-barang lain seperti emas, perak dan gading gajah. Sementara orang dari arab juga menyebut barang-barang lain seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kapulaga, dan timah. Sementara para pedagang asing menukar barang-barang tersebut dengan keramik, kain katun dan sutra.

Untuk menjaga dominasi perdagangan sriwijaya melakukan ekspedisi militer untuk menaklukan pelabuhan-pelabuhan pesaing yang berada di sekitar wilayahnya. Pada akhir abad 9 Masehi kerajaan sriwijaya telah berhasil menguasai seluruh jalur perdagangan di wilayah asia tenggara misalnya selat sunda, selat malaka, selat karimata dan tanah genting kra di wilayah thailand.

Kerajaan ini mencapai masa kejayaannya saat di pimpin oleh raja balaputradewa yang berkuasa sekitar pertengahan abad 9 Masehi ( 850-an M ). Raja Balaputradewa menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di india ( Nandala atau Benggala dan Cholamandala ) dan kerajaan diwilayah tiongkok atau cina.

Beberapa faktor yang mendukung pesatnya kemajuan kerajaan sriwijaya antara lain :

  1. Letaknya yang strategis yakni berada di jalur perdagangan antara wilayah india dan cina.
  2. Menguasai jalur-jalur penting perdagangan seperti selat malaka, selat sunda, semenanjung melayu dan tanah genting kra.
  3. Hasil buminya merupakan komoditi perdagangan yang berharga seperti emas, perak, rempah-rempah.
  4. Mempunyai armada laut yang kuat.
  5. Pendapatan melimpah dari upeti kerajaan yang ditaklukannya, cukai terhadap kapal-kapal asing dan barang dagangan.
Sriwijaya merupakan pusat tempat belajar agama budha di wilayah asia tenggara dan asia timur. Raja-raja sriwijaya merupakan penganut agama budha yang taat dan selalu tampil menjadi pelindung. I Tsing seorang pendeta dari cina sempat tinggal selama empat tahun di sriwijaya untuk menterjemahkan kitab suci agama budha, dalam tulisannya I Tsing menyebut ada seorang pendeta budha yang sangat terkenal di sriwijaya yang bernama Sakyakirti. Selain itu menurut berita dari tibet ada seorang pendeta yang mempunyai nama Atica datang dan tinggal di sriwijaya dari tahun 1011-1023 M untuk belajar agama budha daqri seorang guru yang bernama Dharmapala.

Beberapa faktor penyebab mundurnya Kerajaan sriwijaya yang terjadi pada abad ke 12 yaitu :

  1. Serangan kerajaan medang kamulan jawa timur di bawah raja dharmawangsa pada 990 M, saat itu sriwijaya di perintah oleh raja sudamaniwarwadewa, walaupun serangan tersebut tidak berhasil mengalahkan sriwijaya tetapi cukup melemahkan kerajaan ini.
  2. Serangan dari kerajaan colamandala dari india pada 1023 M dan 1030 M.
  3. Negara dan wilayah yang pernah ditaklukan seperti ligor, tanah genting kra, kelantan satu persatu melepaskan diri dari kekuasaan sriwijaya, hal ini berakibat pada mundurnya perekonomian dan pedagangan kerajaan ini.
  4. Terdesak oleh kerajaan thailand yang mengembangkan wilayahnya sampai ke semenanjung malaya.
  5. Serangan dari kerajaan majapahit pada 1477 M dan serangan ini berhasil menaklukan sriwijaya, sejak saat itu berakhirlah kerajaan sriwijaya.
Semoga tulisan tentang Sejarah Kerajaan Sriwijaya ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua. Apa bila terdapat kesalahan dalam penulisan dan pembahasan di atas mohon saran perbaikannya.[]

Related Posts

Subscribe Our Newsletter